Model pertama diamati dari kasus Grand Prairie (Alberta,
Canada, publikasi 1995a, 1995b, 1997, 1999, 2000). Dalam model ini, perencanaan
strategis “berjalan beriringan secara kohesif” dengan perencanaan fisik
keruangan. Perencanaan fisik telah lama berjalan menggunakan gaya perencanaan
komprehensif, sedangkan perencanaan strategis di kota ini baru mulai dipakai
pada tahun 1991. Produk perencanaan komprehensif (fisik/ keruangan) dalam kasus
ini disebut sebagai “master plan” atau “municipal development plan”, sedangkan hasil
perencanaan strategis disebut sebagai “strategic plan” atau “strategic action
plan”. Mulai tahun 1993, dua alur gaya perencanaan tersebut mulai “dipersatukan
dan dikohesikan” oleh dewan kota (city council, semacam DPRD kota).
Penyatuan tersebut disebut sebagai “business planning” dengan alur dan
pertanyaan kunci seperti terlihat pada Gambar
Hasil penyatuan dan kohesi
tersebut mempengaruhi isi, baik rencana strategis maupun rencana “komprehensif”
pengembangan kota (municipal development plan). Pada rencana strategis, hal
ini terlihat pada isu strategis yang dipilih (mencakup pula: isu keruangan),
sedangkan pada rencana komprehensif terlihat dari penggunaan “strategi” dalam
manajemen pengembangan kotanya. Rencana strategis tersebut memfokuskan pada
enam isu strategis (disebut sebagai bidang fokus atau focus area),
yaitu:
(1) leading
Northwestern Centre,
(2) fiscal responsibility,
(3) internationally connected community,
(4) safe community,
(5) caring and active community,
(6) pride in a beautiful northern city.
Penggunaan strategi dalam
perencanaan komprehensif pengembangan (keruangan) kota terlihat sebagai growth
strategy, berdasar hasil analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
threats)—catatan: hasil analisis SWOT ini dipakai bersama, baik oleh perencanaan
strategis maupun perencanaan komprehensif keruangan. Berbasis strategi tersebut,
perencanaan pengembangan ini mengatur hal-hal sebagai berikut:
(1) Housing: (a)
community development, (b) residential development.
(2) Economic development: (a) industrial development, (b)
commercial development.
(3) Community services: (a) general community services,
(b) open space, parks, and recreation. (4) Municipal services: (a)
school, hospital and library services, (b) protective services, (c)
transportation, (d) utilities.
(5) Implementation.
Perencanaan komprehensif
pengembangan kota ini bersifat “lintas dinas/departemen”. Selanjutnya, tiap
dinas atau departemen pemerintahan kota mengembangkan rencana strategisnya
masing-masing berlandaskan kebijakan strategis yang ditetapkan dalam council’s
strategic plan dan berdasar arahan pengembangan keruangan kota dalam municipal
development plan. Pada kasus kota Grand Prairie ini didapat publikasi yang
meringkas isi rencana-rencana strategis layanan dinas-dinas kota, yaitu
publikasi: Service Area Strategic Plans: Executive Summaries (1995).
Tiap rencana strategi dinas memuat: mission, vision, focus areas & goals.
Dalam publikasi tersebut dicakup empat layanan dinas-dinas, yaitu: (1) engineering
services, (2) planning and protective services, (3) community services, (4) financial
services.
Pada kasus kota Grand
Prairie ini, disamping perencanaan strategis yang dibuat untuk cakupan dinas
atau departemen kota, juga dibuat rencana strategis yang mempunyai cakupan bagian
(geografis) wilayah kota. Publikasi yang terkumpul dalam hal ini adalah: Grand
Prairie Downtown Strategic Action Plan (1995). Rencana ini dimaksudkan
sebagai bagian detail dari rencana pengembangan keruangan kota (Municipal
Development Plan). Meskipun demikian, format dari rencana ini juga
dipengaruhi oleh format rencana strategis, yaitu: memuat visi, berkokus pada
beberapa isu strategis saja, dan memuat kebijakan (strategi). Secara
substantif, sebagian besar isinya tetap berkaitan dengan fisik keruangan, yaitu
berkaitan dengan: citra kota (image), layanan prasarana kota, sirkulasi,
dan guna lahan. Selain itu, rencana ini juga mencakup aspek peraturan
perundangan, ekonomi dan keuangan.