Membawa uang tunai dalam jumlah besar selain memiliki risiko keamanan juga dinilai tidak praktis. Pasalnya, kemajuan zaman menuntut segala sesuatunya dilaksanakan serba cepat termasuk saat melakukan transaksi keuangan.
Bank indonesia sebagai regulator sekaligus bank sentral di
indonesia menggulirkan ide penerapan uang elektronik, yang diyakini memiliki
banyak keunggulan dan kemudahan bagi masyarakat dalam bertransaksi. Penggunaan
uang elektronik ini diharapkan akan menjadi gaya hidup atau yang disebut dengan
Less Cash Society (lCS).Bank indonesia telah menunjuk Universitas indonesia (UI)
sebagai pilot project pelaksanaan lCS di kalangan perguruan tinggi. Program ini
sejalan dengan rencana UI untuk menggunakan Kartu tanda Mahasiswa (KtM) UI
sebagai smart card yang juga bisa digunakan untuk alat pembayaran. Selain itu, UI
juga dianggap sebagai universitas yang dapat menjadi penggerak penggunaan uang
elektronik di kalangan perguruan tinggi,
mengingat jumlah populasinya sekitar 60.000 orang yang terdiri dari
mahasiswa, dosen dan karyawan. Direktur BCA Suwignyo Budiman menjadi pembicara
dalam seminar bertema “Peluang dan tantangan dalam Mewujudkan less Cash
Society” yang digelar di UI, Depok, rabu (2/10). hadir juga sebagai pembicara
dalam seminar ini, Direktur eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan
Sistem Pembayaran Bank indonesia rosmaya hadi, Ketua asosiasi Sistem Pembayaran
indonesia Budi g. Sadikin, akademisi UI
adi Zakaria aff serta niniek l.
Karim yang bertindak sebagai moderator. Dalam kesempatan tersebut, Suwignyo
berbagi pandangan mengenai penggunaan kartu prabayar dari sisi pelaku industri perbankan. BCA sendiri telah menerbitkan uang elektronik
selama enam tahun, yaitu sejak 2007 dalam bentuk Kartu Flazz. Flazz merupakan
kartu prabayar multifungsi pertama di indonesia dengan teknologi chip dan Radio
Frequency Identifcation (rFiD). Dengan Kartu Flazz, pengguna bisa melakukan
pembayaran transaksi sehari-hari di berbagai lini bisnis dengan cepat dan praktis
tanpa uang cash
“Sebagai bank transaksional yang dekat dengan pedagang, BCA
pertama kali mengimplementasikan kartu prabayar untuk toko-toko di Mal Kelapa gading dan taman anggrek,” tutur
Suwignyo. implementasi kartu prabayar terus berkembang tidak hanya di pusat
perbelanjaan, tetapi juga sektor transportasi hingga sektor pendidikan. hal
tersebut sejalan dengan program Bi untuk mengurangi penggunaan uang tunai
dengan mendorong transaksi menggunakan uang elektronik. Terbiasa Uang Tunai
Selama enam tahun, BCA berhasil menjalin
kerja sama dengan lebih dari 17 ribu merchant, 42 ribu outlet dengan 62 ribu
point of sales yang bisa melayani langsung transaksi uang elektronik. hingga
kini BCA telah menerbitkan sekitar 4,8 juta kartu yang tidak hanya digunakan
untuk berbelanja, tapi juga membayar tol, membayar parkir, SPBU, bahkan
membayar ongkos transportasi umum seperti transJakarta, trans Jogja, trans
Metro Pekanbaru dan trans Musi Palembang.
Suwignyo lebih lanjut mengungkapkan, beberapa hal yang
menjadi tantangan terbesar implementasi uang elektronik adalah kebiasaan
masyarakat indonesia menggunakan uang tunai. Dia mencontohkan, pengguna
transJakarta dan jalan tol yang menggunakan uang elektronik hanya 4%.
Beberapa merchant juga masih belum sepenuhnya melayani
transaksi kartu prabayar. Di lapangan, kata Suwignyo, masih ditemUI kasir-kasir
yang belum mahir menggunakan mesin reader dan EDC. “Mengubah kebiasaan ini
memang tidak mudah. Dan biaya paling mahal ternyata untuk sosialisasi, edukasi, dan promosi. lebih
mahal dari biaya infrastruktur,” ungkapnya. tantangan lain menurut Suwignyo,
masalah infrastruktur dan standar. Saat
ini enam bank yang mengeluarkan kartu prabayar masih menggunakan infrastruktur masing-masing. Padahal, akan
lebih baik jika terdapat infrastruktur yang standar dan terintegrasi untuk
semua perbankan. “Diperlukan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah,
regulator dan pelaku bisnis agar less cash society bisa kita wujudkan,” tutup Suwignyo.
Kepala grup Bisnis Consumer Card BCA Santoso liem sependapat
dengan Suwignyo. Menurutnya,mayoritas masyarakat indonesia masih gemar
bertransaksi menggunakan uang tunai yakni sekitar 70-80%. Santoso
mengungkapkan, dilihat dari penggunanya, pada kategori korporat sebagian besar
transaksi sudah menggunakan non tunai, baik paper base maupun electronic base.
namun untuk kategori retail, masih didominasi transaksi cash. Menurut Santoso,
transaksi non tunai sudah berjalan sangat baik di institusi dan B2B (business
to business). tapi di transaksi B2C (business to customer) masih banyak
menggunakan uang cash. “Seperti grosir
atau toserba, sekitar 65-75%
transaksinya masih cash dan sisanya menggunakan
kartu elektronik,” ungkapnya.
Dikatakannya, strategi yang dilakukan BCA adalah bagaimana
menyediakan alat transaksi elektronik yang memadai. transaksi untuk corporate
yang paling ideal adalah transaksi non cable, sedangkan untuk retail, idealnya
menggunakan kartu. “Karena kebutuhan dalam transaksi ini bukan hanya didominasi
oleh B2B, tapi juga B2C, maka yang
dikembangkan BCA adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu. alat
pembayaran ini juga di-extend. Seperti dulu kita mengenal ATM yang awalnya
untuk tarik tunai, tapi kemudian dikembangkan sebagai alat pembayaran public
utilities seperti tagihan telepon dan listrik,” jelasnya. ada tiga kategori
produk yang menggunakan kartu, yaitu debit, kredit, dan kartu prabayar. BCA
mencoba mengakomodir kebutuhan pasar, di mana jika ada customer yang eligible
mendapatkan fasilitas kredit maka cenderung akan menggunakan kartu kredit dan
biasanya penggunaan transaksinya lebih tinggi, berkisar rp 300.000 per ticket
item. Sementara untuk transaksi dengan nominal lebih kecil, orang cenderung
menggunakan kartu debit, yang nilai rata-rata per transaksinya lebih kurang rp 200.000. Dan untuk nominal yang lebih kecil, dapat
menggunakan kartu prabayar. “Kalau saya melihat, perkembangan penerimaan
masyarakat akan e-payment sudah semakin baik,” kata Santoso. Ditambahkan
Santoso, kartu kredit menggunakan uang bank dulu baru nanti nasabah membayar.
Sedangkan kartu debit langsung mendebet rekening nasabah dan relatif jumlah
transaksinya lebih rendah. Kartu kredit juga lebih banyak digunakan saat
perjalanan ke luar negeri. lebih lanjut dikatakannya, kartu prabayar saat ini
mendapat sambutan cukup baik dari masyarakat. Untuk itu, BCA juga berupaya
untuk meningkatkan daya tarik dari kartu itu sendiri dengan desain beraneka
macam atau tematik. “Selain itu kami juga mengembangkan co branding, misal
dengan menggandeng gramedia atau alfamart, dan berbagai institusi pendidikan,”
jelas Santoso.
Banyak Keuntungan BCA mengembangkan kartu prabayar sebagai
alat pembayaran belanja di merchant-merchant, kemudian dilanjutkan untuk
pembayaran alat transportasi. Kunci sukses penggunaan kartu prabayar seperti
pengalaman di luar negeri, kata Santoso ketika digunakan dalam transaksi
pembayaran transportasi seperti bus kota dan kereta. Untuk itu, BCA terus
mengembangkan kerja sama dengan industri transportasi, contohnya Flazz selain
berfungsi sebagai alat untuk membayar
parkir, jalan tol, bus trans, bensin, dan taksi, baru-baru ini BCA bekerja sama
dengan Pt. Kai Commuter Jabodetabek (KCJ) meresmikan penggunaan Flazz sebagai
tiket kereta Commuter line Jabodetabek.
Pengembangan kartu prabayar juga disambut positif oleh
merchant,karena mereka mengaku sulit mencari uang receh sebagai kembalian.
“Kendalanya, ada beberapa kasir atau karyawan
merchant yang menghindari pembayaran dengan kartu prabayar karena,
misalnya mereka tidak bisa mendapatkan tambahan tip,” kata Santoso.Berbagai hal
yang dihadapi sebagai tantangan awal sosialisasi kartu prabayar adalah
masyarakat yang sering mempertanyakan soal keamanannya. Kemudian bagaimana cara
mengisinya, dan di mana saja kartu bisa digunakan. BCA menyadari, berbagai tantangan baik habit
menggunakan uang tunai dan belum tersosialisasinya penggunaan kartu prabayar
harus dicarikan jalan keluarnya. antara lain dengan perlunya terus-menerus
melakukan edukasi untuk meng-upgrade pengetahuan masyarakat akan keuntungan
bertransaksi menggunakan Flazz dan bagaimana mereka dapat memperlakukan Flazz seperti memperlakukan
uang pada umumnya. “Karena Kartu Flazz pada dasarnya adalah uang tunai dalam
bentuk kartu,” papar Santoso.
Bank indonesia sendiri menyatakan, ada beberapa keunggulan dalam
penerapan kartu prabayar, yakni transaksi lebih teratur, tidak berbiaya mahal
dan memudahkan pelacakan jika terjadi tindak pidana. Penerapan uang elektronik
juga diyakini akan mengurangi jumlah uang fsik yang beredar di masyarakat,
sekaligus meminimalisasi peredaran uang palsu.
Sebagai bank swasta yang selalu
mendukung kebijakan pemerintah, BCA akan terus mensosialisasikan sistem lCS
melalui peningkatan layanan dan kemudahan bertransaksi elektronik bagi
masyarakat, khususnya nasabah BCA.
Sumber : InfoBCA No.233 Tahun 2013