Senin, 04 September 2017

MENIKMATI PESONA ALAM DI MUSEUM KARST WONOGIRI

Ketika berkunjung ke Wonogiri pada waktu liburan idul adha lalu saya sangat tertarik untuk mengunjungi museum Kars yang ada di kabupaten Wonogiri yang banyak diberitakan bahwa museum ini adalah museum Kars terbesar se Asia Tenggara. Mengdengar hal tersebut maka sangat mengesankan sekali jika bisa mengunjungi museum dan belajar tentang Kars. Maka saya pun berangkat dari pusat kota Wonogiri menuju lokasi museum ini yang berada di Kecamatan Pracimantoro. Waktu tempuh dari pusat kota Wonogiri menuju Pracimatoro adalah 45 menit, jalannya sudah halus dan nyaman tetapi pada jalan setelah waduk gajah mungkur hingga ke kecamatan Wuryantoro, jalnnya ada yang bergelombang dan sedikit tidak rata sehingga harus lebih hati-hati. Dari wuryantoro ke pracimantoro jalannya sudah halus dan mulus. Pada perjalanan yang anda lalui terdapat pemandangan yang bagus yaitu pegunungan atau bukit kapur, hutan, areal sawah dan waduk gajah mungkur. Suasana yang masih asri membuat perjalanan tidak begitu membosankan bahkan sangat menyenangkan, apalagi anda baru pertama kali ini datang ke Wonogiri. Suatu keindahan yang tidak ada duanya. Di kanan dan kiri jalan juga banyak sekali rumah makan dengan harga yang murah, prosentasenya paling banyak adalah Bakso dan Mie ayam karena wonogiri sangat terkenal dengan Bakso dan Mie ayam yang sangat enak.
museum karst Wonogiri
Sampai di Kecamatan Wuryantoro setelah melewati pasar anda akan bertemu dengan perempatan lampu merah, untuk menuju lokasi museum Kars maka rute yang diambil adalah kanan, jika perjalanan sama seoperti saya dari arah kota wonogiri. Perlu berhati-hati ketika menuju lokasi ini dari kecamatan wuryantoro, karena jalannya yang naik kemudian langsung turun, anda jangan memacu kendaraan dengan terlalu cepat karena bisa beresiko terjadi kecelakaan. Yang sangat disayangkan adalah masih banyaknya sampah yang dibuang sembarangan di pinggir jalan yang sangat mengganggu keindahan alam menuju lokasi wisata museum Kars. Sekitar 3,5 Km dari kecamatan wuryantoro maka anda akan sampai di museum Kars.
sampah yang berserakan di pinggir jalan membuat suasana menjadi kurang asri
Pada saat saya ke museum ini masih dalam tahap pembangunan, lokasi museum berada di sekitar pemukiman penduduk. Yang membuat saya kecewa adalah ternyata setiap hari jum’at menurut warga sekitar museum ini tutup, dan saya datang berkunjung pada waktu itu hari Jum’at. Mungkin karena kurangnya informasi yang saya dapat sehingga rencana untuk melihat koleksi museum menjadi gagal karena museumnya ternyata tutup. Walaupun tutup saya tetap bisa memasuki lokasi dan gua-gua di sekitar museum, hanya beberapa gua memang sulit untuk saya temukan karena kurangnya papan penunjuk keberadaan guanya. Lebih enak jika datang ke museum ini anda menggunakan jasa pemandu wisata.  Di sekitar museum juga banyak dijumpai hotel atau tempat penginapan, sehingga anda juga bisa memutuskan untuk bermalam menikmati suasana pedesaan.
Museum Kras ini dinamakan dengan Geopark Nasional Gunung Sewu (Geoarea Wonogiri). Kawasan Gunung Sewu ditetapkan menjadi Geopark Nasional pada tanggal 13 Mei 2013, dengan luas 1.802 kilometer persegi. Geopark ini terbagimenjadi tiga Geoarea, yaitu Geoarea Gunung kidul, Geoarea Wonogiri, dan Geoarea Pacitan. Sebagai kawasan pembangunan berkelanjutan, Geopark Gunung Sewu memamerkan keunikan dan keindahan alam geologi, keanekaragaman hayati dan budaya yang terdapat di kawasan Kras Gunung Seu dan sekitarnya. Geoarea Gunungkidul mempunyai 11 situs geologi dan 2 situs keanekaragaman hayati, Geoarea Wonogiri mempunyai 7 situs geologi, Geoarea Pacitan mempunyai 12 situs geologi dan 1 situs geo-arkeologi. Geopark Gunung Sewu dibangun berdasarkan pilar konservasi, pendidikan dan penumbuhan nilai ekonomi lokal melalui pariwisata dan geoproduct.
museum karst yang merupakan bagian dari Geopark Gunung Sewu
Museum Kars ini merupakan wisata edukasi dan alam yang patut anda kunjungi, walaupun saya belum melihat dengan keseluruhan koleksi yang ada di museum ini tetapi sepintas museum ini dalam perkembangan pembangunan ke depan sangat luar biasa indahnya. Koleksi gua yang ada di museum ini antara lain Gua Mrica, Goa Sodong, Goa Tembus, Goa Gilap, Gua Potro Bunder, Goa Luweng sapen. Tetapi yang saya kunjungi pada waktu itu hanya tiga gua yautu Gua Mrica, Gua Potro Bunder dan Goa Sodong. Mungkin di lain waktu pada saat museum pada jadwal buka dan saya di Wonogiri saya berkunjung lagi. Berikut saya sampaikan pengalaman saya ketika berkunjung ke tiga Gua tersebut yang masih dalam wilayah Museum Kars Geopark Gunung Sewu Wonogiri
  1. Goa Mrico
goa mrico
Goa mrico berada di dekat loket masuk kawasan Museum Kars, untuk menuju lokasi ini anda menaiki jembatan dari besi dan jalan menuju goa sudah dibangun dengan baik, jalannya melingkar melewati hutan jati nan asri tidak jauh hingga sampai di Gua Sodong. Di sekitar jalan tersebut juga telah dibangun Gazebo sebagai tempat istirahat pengunjung atau sekedar berbincang-bincang sambil menikmati kondisi alam nan asri. Gua Mrico adalah salah satu gua arkeologi di daerah Wonogiri, yang pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Sisa-sisa makanan berupa cangkang kerang dan biji kemiri terdapat di dasar gua bercampur dengan sedimen gua.
gazebo di sekitar goa mrico
Gua ini memiliki kedalaman yang tidak begitu dalam, posisi mulut gua yang lebih rendah dari tanah membuat gua rawan terandam air jika waktu musim penghujan tiba, di samping dan diatas gua ditumbuhi tanaman terutama pohon jati. Dahulu mungkin gua tersebut dijadikan tempat tinggal.  
  1. Goa Sodong
goa sodong
Goa sodong berada tidak jauh dari goa Mrica, goa ini terkenal karena memiliki keunikan yaitu adanya sungai bawah tanah. Pada saat saya berkunjung wilayah wonogiri memasuki musim kemarau panjang, bahkan ketika saya ingin buang air di WC dekat dengan gua tersebut ternyata tidak ada airnya, bahkan kalu boleh dibilang toiletnya tidak terawat dengan baik karena banyaknya kotoran yang tidak disentor dan bekas air kencing, keinginan saya untuk buang iar pun saya tahan. Tetapi anehnya di dalam gua masih terdapat air dan dimanfaatkan oleh warung disekitar museum untuk menyediakan air dengan cara diambil menggunakan ember. Saya tidak berani memsuki dalam gua karena ternyata digunakan untuk aktivitas mandi, dari mulut goa sangat terlihat jelas orang yang mandi tersebut dan tanpa busana yang menutupi, mungkin karena pada waktu itu jadwal museum tutup sehingga aktivitas mandi ada. Jika aktivitas mandi tetap berjalan sekalipun museum buka tentau sangat mengganggu wisatawan yang berkunjung ke goa sodong.
jalan sebagai akses yang menghubungkan goa merico dan goa sodong
Menurut keterangan pada papan bahwa gua sodong ditempati oleh sungai bawah tanah yang jernih. Dibeberapa tempat terbentuk sump (sumur/kolam terbuka). Bentuk mulut gua dipengaruhi oleh kekar dan pelapisan batugamping. Pada musim penghujan, sungai musiman masuk ke dalam gua. Air sungai bawah tanah biasa dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci.
  1. Goa Potro Bunder
goa potro bunder
Lokasi gua ini sangat jauh dari museum sehingga harus ditempuh dengan naik kendaraan motor, jika menggunakan mobil sangat sulit karena jalannya hanya muat untuk satu mobil, jika berpapasan maka sangat sulit. Mencapai lokasi ini sekitar 1 Km dari museum melewati hutan dan areal persawahan, ada beberapa batu yang ditata rapi sebagai penahan tanah pertanian dan tegalan. Jika anda jalan kaki menuju lokasi ini pastikan untuk membawa bekal makanan dan minuman mengingat lokasinya yang lumayan jauh. Jalan menuju goa ini sudah di cor keras, sehingga nyaman. Karena pada saat saya bekunjung jadwal museum tutup saya mendapati pemuda-pemuda yang sedang bercengkerama di depan mulut gua sambil minum minuman keras, saya tahu karena baunya sangat menyengat. Sebenarnya sangat disayangkan lokasi wisata yang berubah tidak menyenangkan karena adanya aktivitas tersebut dan malah tidak menjaganya sebagai daya tarik wisata di wilayah tersebut. Menurut papan keterangan goa ini ternyata sering digunakan untuk tempat semedi karena memiliki nilai spiritual yang tinggi, dengan melihat kejadian yang saya temui, sangat disayangkan sekali ke sucian tempat ini menjadi ternoda karena ulah pemuda-pemuda yang tidak menghargai budaya dan alam. Masih mudahnya masyarakat masuk ke lokasi museum mungkin dikarenakan areal museum yang masih masuk di lokasi pemukiman warga. Kunjungan ke gua ini saya rasakan juga kurang nyaman karena adanya kejadian tersebut, keinginginan saya untuk mengeksplor ke dalam gua yang ternyata guanya sangat luas sekali dan dalam harus terhenti di tengah gua dan saya memutuskan kembali, di saat saya kembali saya di minta rokok. Sangat disayangkan sekali kesan wisata menyenangkan menjadi tidak berkesan baik karena ulah pemuda-pemuda tersebut yang mungkin juga pemuda-pemuda tersebut buakn berasakl dari desa setempat.
Dari ketiga gua yang saya kunjungi menurut saya gua Potro Bunder adalah gua yang paling indah, hanya kebersihannya masih kurang terjaga dengan baik. Menurut cerita gua ini juga menjadi saksi penggalian kalsit pada masa lalu yang terhubung menjadi satu membentuk gua. 

Setelah mengunjungi ketiga gua tersebut saya mencoba mencari gua luweng sapen dan ternyata tidak ketemu, karena tidak ketemu dan waktu yang sudah mulai sore saya memutuskan untuk kembali. Di areal museum saya menemukan banyak sekali muda-mudi yang berpacaran, mungkin saya datang di saat yang tidak tepat (pada waktu libur museum). Tetapi jika fenomena ini terjadi dihari-hari museum buka maka sangat membuat risih dan tidak nyaman pengunjung apalagi yang membawa keluarga/anak kecil.
gedung museum karst yang elok nan megah



Terima Kasih Kepada google.com , google.co.id , Bing , Yahoo
from pemuda tani http://debbyeka.blogspot.com/2017/09/menikmati-pesona-alam-di-museum-karst.html
Terima Kasih Telah membaca MENIKMATI PESONA ALAM DI MUSEUM KARST WONOGIRI pada blog kami Bangsa Jurnal , semoga bermanfaat bagi kita semua


Top