Dusun Genting merupakan salah satu dari enam dusun yang masuk di wilayah Desa Rogomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang, terdiri dari 4 RT dan 2 RW yaitu RT 1 RW 12, RT 2 RW12, RT 1 RW 13 dan RT 2 RW 13. Luas Dusun Genting secara keseluruhan adalah 63,63 Ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 adalah 586 penduduk dan jumlah kepala keluarga sebanyak 181 KK. Dusun Genting Desa Rogomulyo berada antara 7052’58’’ LS dan 1100 15’ 54’’ BT dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Dusun Jangkrikan Desa Rogomulyo
SebelahTimur : Desa Pentur Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Dusun Canggal Desa Kaliwungu
Sebelah Barat : Dusun Kemiri Desa Jetis
Rata-rata pekerjaan penduduk Dusun Genting adalah sebagai petani dan peternak sapi. Dusun Genting memiliki lahan yang sangat subur terbagi dalam lahan sawah dan lahan pemukiman. Lahan sawah terbagi dengan blok-blok yaitu :
Timur Dusun : Bengkok, Sumber, Sepring, Kembang, Sewaduk, Sewatu, Ploso, Ngganjel, Pakelan, Beran, Balong, Kenongo, Gondang, Sentanan.
Utara Dusun : Ledok, Dlisem, Krangkah, Dok murang, Sawah Kali Lo
Barat Dusun : -
Selatan Dusun : Dong Bulus, Tulumbung, Kanthil, Bandrek, Dawung, Dung Gompeng
Lahan Pemukiman dibagi ke dalam blok-blok : Cikalan, Jebolan, Karang tengah, dan Carobalas
Pola tanam petani di dusun Genting adalah Padi-Padi-Palawija, ternak yang dibudidayakan adalah sapi, ayam kampung dan kambing.
Sejarah dari Dusun Genting Desa Rogomulyo tidak terlepas dari salah satu tokoh yang merupakan leluhur di Dusun Genting yaitu Mbah Galoh, menurut cerita yang saya rangkum dari dua orang kakek saya Mbah Sukardi Martorejo dan Mbah Diyo Sumarto, yang sudah berumur 85 tahun dan paling mengerti sejarah di Dusun Genting pada awalnya Dusun Gneting merupakan tegalan, jadi dulu sebelum kedatangan Mbah Galoh masih berupa tegalan dan belum ada sawah. Mbah Galoh dalam perjalanan mencari tempat untuk tinggal dari Jawa Timur menuju ke arah Barat dan memutuskan singgah serta menetap di Dusun Genting.
Melihat potensi alam dan tanah yang sangat subur kemudian Mbah Galoh membuat saluran air dengan cara meng”urug” sungai tempuran yang sekarang namanya cangkring dengan tanah di sekitar tempuran tersebut (tempuran adalah tempat pertemuan dua sungai), tanah bekas penggalian tersebut dinamakan sawah siboran. Setelah sekian lama melakukan pekerjaan tersebut sedikit demi sedikit urugan tersebut akhirnya jadi dan membagi sungai menjadi dua bagian kemudian diberikan nama talang emas, karena bentuknya cekung menyerupai talang dan kata emas mungkin artinya memberikan penghidupan bagi masyarakat, karena dari tempat ini air dapat mengairi seluruh lahan di Dusun Genting untuk pertanian. Selanjutnya dibuatlah saluran air yang mengairi seluruh lahan terutama di timur, utara dan sebagian selatan Dusun. Dari awalnya hanya tanah tegalan nan gersang, Dusun Genting akhirnya memiliki tanah sawah yang luas dan subur karena upaya dan ide dari Mbah Galoh.
tempuran yang dulu di urug, dikenal dengan sebutan talang emas |
saluran air yang dapat mengairi seluruh sawah di dusun genting |
Kemudian ada pertanyaan kenapa dinamakan Dusun Genting dan pada saat itu apakah sudah ada penduduk selain Mbah Galoh? Penamaan Dusun Genting tidak lepas dari sejarah pembangunan saluran air untuk irigasi sawah dan kegiatan masyarakat dusun Genting seperti mandi, minum dan mencuci. Tempuran yang merupakan pertemuan dua sungai besar dipercaya memiliki daya tarik untuk makhluk halus berdiam, sehingga pekerjaan melakukan peng”urugan” oleh Mbah Galoh merupakan pekerjaan yang berani, mungkin karena banyaknya makhluk halus yang mengganggu dalam pekerjaan tersebut kemudian dinamakan Genting yang berati gawat.
Diceritakan pula bahwa dahulu tempat tinggal masyarakat dusun Genting adalah di Blok sawah Sepring yang letaknya berada di timur Desa, berarti dapat ditarik suatu kesimpulan berdasarkan penalaran logis, bahwa sudah ada penduduk sebelum kedatangan Mbah Galoh. Mbah Galoh adalah tokoh yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ide dan mampu menggerakkan masyarakat membangun Dusun melalui analisa potensi wilayah. Dusun Genting memiliki tanah yang subur sehingga pada awalnya tegalan diubah menjadi sawah yang sangat luas melalui peng”urugan” tempuran dan pembangunan saluran air untuk irigasi serta penunjang kehidupan masyarakat. Nama Mbah Galoh kemudian diabadikan menjadi sebuah nama makam di utara Dusun Genting, dan mungkin jenazah Mbah Galoh juga dimakamkan di makam tersebut, hanya saja tidak diketahui dimana persis letak makamnya.
Dikarenakan letak sawah Sepring yang lebih rendah, maka muncul gagasan jika tanah di sana lebih cocok jika dijadikan sawah, selain itu karena lokasinya yang rendah maka kemungkinan munculnya penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat semakin besar (sanitasinya tidak baik). Akhirnya penduduk berpindah dari Sepring ke arah Barat di tempat yang lebih tinggi, yaitu pemukiman Dusun Genting sekarang.
sumber yang akan dibersihkan setiap akan merti dusun |
Tradisi Gunungan Sebagai Wujud Rasa Syukur
Gunungan adalah symbol filosofis bagi masyarakat jawa dalam rangka menegakkan sendi-sendi perkembangan dan proses pembentukan budaya masyarakat Jawa. Gunungan mempunyai makna yang sangat mendalam, gunung diyakini mempunyai falsafah bahwa untuk mencapai tujuan yang mulia akan selalu mendapat rintangan.
gunungan ditandu bergantian ke rumah kepala dusun |
Pembuatan gunungan diawali dengan membuat lempeng dari ketan, beras ketan yang telah dikukus di tumbuk menggunakan lumpang dari batu hingga menjadi pasta, setelah menjadi pasta dan masih panas kemudian di buat lepeng (kerupuk) dengan diletakkan pada daun pisang dan di press menggunakan batang pohon pisang yang kecil, di bentuk segi empat panjang atau lingkaran, setelah menempel pada daun pisang, lempeng dijemur hingga kering. Setelah kering barulah lempeng tersebut dapat di lepaskan dari daun pisang dan di goreng. Untuk menarik perhatian biasanya pada saat penumbukan lempeng juga diberi pewarna makanan ada yang merah kuning dan hijau. Selain membuat lepeng juga ada yang membuat tape, rengginang, jadah, wajik yang semua bahan utamanya adalah ketan. Setiap rumah membuat lempeng dan nanti di goreng kemudian dikumpulkan pada saat hari H.
kerangka gunungan |
meronce |
membuat jembul |
lempeng ditata menjadi gunungan |
gunungan berkumpul di rumah kepala dusun |
do'a bersama |
gunungan di bagi |
sisa lempeng dibagi merata di rumah ketua RT |
pagelaran wayang disaksikan oleh seluruh masyarakat dusun genting |
Melalui tulisan ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada para leluhur di Dusun Genting, atas perjuangan dan kerja kerasnya demi kesejahteraan dan kemakmuran penerus generasi berikutnya hingga kami sekarang ini dan penerus-penerus kami nanti. Semoga amal ibadah Beliau di terima di sisih Alloh SWT dan diampuni segala kesalahan dan kekhilafannya. Kita sebagai generasi penerus, mari melestarikan budaya sebagai jati diri kita.
Terima Kasih Kepada google.com , google.co.id , Bing , Yahoo
from pemuda tani http://debbyeka.blogspot.com/2017/09/sejarah-dusun-genting-desa-rogomulyo.html
Terima Kasih Telah membaca SEJARAH DUSUN GENTING DESA ROGOMULYO pada blog kami Bangsa Jurnal , semoga bermanfaat bagi kita semua