Rabu, 12 Oktober 2016

TEORI BELAJAR BEHAVIOR DAN KOGNITIF

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Behavior dan Kognitif
Hasil gambar untuk teori belajar behavior dan kognitif

TEORI BELAJAR BEHAVIOR DAN KOGNITIF Tinjauan umum yang berhubungan dengan kelakuan dan teori sosial kognitif dari persfektif para ahli prilaku bahwa belajar adalah yang guru lakukan untuk mendukung pembelajaran seluuh siswa. Dengan menekankan bahwa defenisi tersebut mengkhususkan hanya pada kelakuan yang dapat diteliti. Perlakuan tersebut difokuskan pada kelakuan-kelakuan yang orang  dapat saksikan, hal ini dipertimbangkan sebagai suatu tinjauan, proses atau kebutuhan . dengan kata lain bahwa suatu perubahan dalam prilaku akan terjadi secara relative. Kita akan dapat melihat atau mengalami perubahan pada masa lalu dengan perilaku kesakitan, keterlukaan dan ketegangan emosi. Perubahan seperti ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai belajar.

Perubahan kelakuan sebagai suatu hasil pendewasaan tidak semestinya disebut sebagai “belajar”, contoh : Seorang anak yang berumur 12 tahun dapat membawa tas besar yang saudara laki-lakinya labia tua 6 tahun akan dapat mengangkat benda itu. Dia lebih baik dan kuat sebagai suatu hasil dari pendewasaan.
Pada gambar berikut ini dapat kita lihat jenis-jenis prilaku dalam belajar sebagai berikut :
            Tinjauan umum yang berhubungan dengan kelakuan pada pembelajaran :
  • Perbedaan antara hal-hal yang berhubungan dengan kelakuan  dan teori sosial kognitif.
  • Jenis-jenisnya / modelnya
  • Belajar dengan sendirinya (belajar Mandiri)
  • Dampak jenis-jenis pembelajaran pada kelakuan
  • Belajar pada jenis-jenis / model pembelajaran
  • Keterlibatan pada proses pembelajaran
  • Keefektifan dari jenis-jenis / model pembelajaran
  • Keteraturan dalam belajar siswa
Tema utama dari teori ini adalah belajar yang difokuskan pada seorang siswa yang mampu melakukan hubungan timbale balik terhadap semua siswa. Hal ini yang dipentingkan dari teori pembelajaran adalah memberikan penjelasan singkat terhadap topiknya. Kita mulai dari memberikan gambaran dalam belajar terutama perspektif pafa ahli prilaku juga penjelasan tersebut dibarengi untuk penjelasan tentang teori sosial kognitif. Tinjauan umum dalam belajar unsure dari hal-hal yang berhubungan dengan kelakuan, namun hal itu melalui proses ujian.
Kondisi Klasik
            Walaupun pasangan S-R (stimulus dan respon) dapat digunakan untuk menjelaskan pelajaran yang sesungguhnya dan juga pada kelakuan lainnya, maka dapat simpulkan bahwa belajar akan lebih lengkap, contoh : kelompok yang memiliki rasa percaya diri yang tidak beralasan. Namun kemampuan dalam Aljebra dia gagal mengikuti tenya. Sebagai suatu kesimpulan bahwa dia gagal karena dalam menghadapi tes tersebut, dia kurang percaya diri akhirnya menimbulkan suatu masalah. Anda dapat melihat bahwa stimulus dan respon diikut sertakan. Namun demikian tidaklah cukup untuk menjelaskan kelakuan kelompok karena kondisi labia kompleks.
Kondisi Klasik Paplov Work
            Kondisi klasik dapat terjadi apabila stimulus berada pada situasi yang tidak menentu, kelas menjadi kondisi stimulus terkondisi apabila mereka mendapat perhatian yang mendalam dari pengajarnya, kemudian memberikan tanggapan positif yang bersifat emosional.
Penyamarataan dan Pembedaan
            Penyamarataan terjadi  bila suatu stimulus dihubungkan dengan kondisi stimulus terhadap kondisi tanggapan pada tiap individu. Pada ilmu fisik hal tersebut dapat dihubungkan dengan Aljebra atau kimia tes. Prosesnya dapat bekerja sebaik mungkin. Siswa harus dating berkumpul di sekolah dan setiap pengajar harus memberikan perhatian yang sama tehadap siswanya.
            Lawan dari penyamarataan adalah diskriminasi atau kemampuan untuk memberikan tanggapan berbeda yang berhubungan dengan yang lain namunbukan  rangsangan yang sama (identik). Contohnya : kelompok saya gugup selama mengikuti ujian kimia, namun dalam ujian yang lain seperti bahasa inggris dan sejarah tidak mengalami kegugupan.
Kejenuhan
            Kejenuhan terjadi bila kondisi dilakukan berulang-ulang.  Dalam hal ini keberadaan stimulus akan lama karena adanya tanggapan. Seperti pada kasus-kasus sebelumnya. Tes yang diikuti secara berulang-ulang dan akhirnya terjadi kegagalan, maka kesimpulannya akan mengalami kegagalan.
Gejala yang dimunculkan oleh Pavlov adalah pelajaran yang disebut kondisi klasik, atau tanggap pelajaran karena pembelajar merespon lingkungan seperti halnya yang dialami oleh tim ketika dia gagal dan emosi, sehingga tanggapan tidak terkondisikan. Menurut percobaan dari Pavlov, stimulus yang tidak terkondisikan adalah merupakan respon yang bersifat psikologi.
Sekarang prosesnya menjadi lengkap lagi karena tim tidak mencapai test. Yang  mana stimulasi tidak diperoleh karena banyak respon akhirnya tim mengalami kegagalan. Inin merupakan suatu kegagalan.
Stimulasi  (rangsangan) dapat dibagi 2 bahagian yaitu: stimulus yang terkondisikan dan stimulus yang tidak terkondisikan,  yang mana respon yang serupa dapat menjadi respon yang terkondisikan.
Karakteristik dan kondisi Klasik
  1. Karakteristik dari kondisi klasik adalah:
-          Belajar memerlukan perhatian dan tempat (yang diproritaskan).
-          Respon kodisi kklasik biasanya bersifat emosional, psikologi dan dan terjadi tganpa disengaja. Artinya bahwa hal tersebut berarti diluar kesaran pembelajaran
-          Stimulasi (rangsangan) yang terkondisikan yang biasanya tidak dapat dihubungkan dengan hal lain.
-          Respon yang terkondisikan dan tak terkondisikan adalah untuk apa kondisi tersebut dapat terjadi karena adanya rasa panic, gelisah dan cemas yan berlebihan.
Secara umum kondisi yang demikian dapat terjadi pada tiap kelas seperti pada contoh banyak siswa menagalami kegelisahan menjalankan test. Hal ini sangat tidak umum untuk anak-anak kecil yang menadikannya sebagai beban psikologi namun sekolah mampu mengatsi fungsinya. Karena hal itu bukan hanya menjadi tanggung jawab guru, tapi peran orang tua yang lebih diutamakan.
Dengan memahami kondisi klasik jyang dapat membantu ras peka mengajar terhadap situasi ruangan kelas yang mampun mengatasi rasa kebersamaan siswa terhadap guru, misalnya: siswa menghayalkan keadaan yang tidak begitu cerdas pada sekolah atau kelas bawah dimana mereka akandi[erluakn oleh gurunya. Ini sangat peka sekali disarankan kepada guru merespon positif keadaaan ini. Namun ada guru tetap konsisten pada aturannya, maka  para siswa mulai berkumpul denga gurunya dan mereka akan mendapatkan kesenangan dan perasaan aman terhadap dirinya.
Pada model  keterampilan yang anda ajarkan, secara verbal melukiskan pikiran anda.
-          Guru TK membantu siswanya membentuk huruf, dia mengatakan “ saya mulain denagan pensil di sini dan membuat garis”.
-          Guruyang lain mengajarkan materi yang sama tapi berbeda penjelasan. Siswa memulai penjelasan mengembangkan keterampilan, melengkapi kelompok latihannya dengan berjalan-jalan, kemudian memberikan contoh sebelum berlatih.
-          Guru memberikan penjelasan hingga jelas betul.
Gunakanlah penguatan mandiri untuk meningkatkan keaktifan model.
-          Guru membagi kelompok dan memberikan komentar kepada siswanya berupa pujian.
Peranan guru apabila menjawab,sebaiknya tidak langsung memuji kelas semestinya mandiri
-          Guru sebaiknya memberikan ucapan balik agar respon dapat lebih ditanggapi.

Menunjukkan rasa pada pengaturan diri terhadap siswa anda.
            Setiap guru memiliki perbedaan dan tujuan di dalam memberikan pelajaran
-          guru semestinya memanfaatkan keterampilan sosial dan metode belajar kelompok bersama.
Hal-hal yang menghubungkan dengan perbedaan prilaku dan teori awal kognitif. Siswa yang berasal dari budaya yang berbeda, kadang-kadang merasa mereka tidak merasa senang dan tidak memiliki kelas, teori prilaku dapat membantu guru memahami sekolah begitu bersahabat untuk para siswa. Bila kondisi stimulasi terkumpul maka respon tidak terkondisi karena kondisi klasik sangat mempengaruhi keadaan stimulus.

Penilaian Sendiri
            Mengembangkan penilaian sendiri mengambil waktu yang cukup lama. Namun secara otomatis cara terbaik adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilannya.
            Penguatan sendiri dan hukuman sendiri dapat dijadikan kepekaan terhadap perasaan individu.
            Penguatan sendiri adalah sangat controversial.’ Beberapa peneliti setuju siswa itu tidak penting tapi tujuannya ada pada pengamatan dan penilaian sendiri, peneliti lain yang setuju bahwa penguatan sendiri dapat menjadi strategi kekuatan. Terutama pada siswa yang memiliki pretasi rendah, suatu pelajaran terhadap siswa yang kurang berprestasi, hal tersebut dapat diajarkan satu paket.
            Menurut Bandura bahwa kerja yang bagus dapat memberikan prestasi yang tiggi terhadap tujuan dan monitior sendiri.
Kontak dalam kelas
            Penggunaan teori sosial kognitif di kelas anda, bertindak sebagai seorang model yang berperan untuk siswa anda.
-          Seorang instuktur diharapkan memperbaiki kualitas agar siswa dapat berkembang dan bersemangat di dalam menggunakan peranan model.
-          Memperlakukan siswa dengan sopan san hormat menghindari kritikan dan banyak bentuk sarkasme.
-          Mengambil pelajaran terhadap rasa hormat siswa dengan menguatkan aturan.
-          Menyampaikan minatnya melalui bacaan dan belajar.
-          Pendekatan topik yang anda ajarkan dengan penawaran yang bersemangat.

Hubungan Dalam Ruang Belajar
            Penggunaan hubungan (kontak) di ruangan kelas anda.
Perhatikanlah dengan seksama bentuk/model pembelajaran yang siswa ingin pertanggung-jawabkan. Aturan frekuensi dan latihan terhadap mata rantai pembelajaran itu.
-          Guru pada tingkat dasar dimanfaatkan waktu seefisien mungkin setiap permulaan pelajaran dengan mengulas kembali pelajaran yang sulit dan memberikan latihan sebagai aktifitas mereka.
-          Guru sejarah misalnya mengingatkan kepada siswanya penting , lalu mengidentifikasinya serta siswa mampu mempertanggung-jawabkan yang diketahuinya atau dengan cara lain dia merevieu materi dengan system berkala sebelum test dimulai.
Penggunaan Kondisi Klasik Diruamg Kelas Anda
Memberikan rasa aman dan hangat di lingkungan kelas karena dengan jalan seperti ini mampu memberikan emosi positif.
-          Seorang guru menyiratkan senyum kepada siswa membuat siswa gembira dan senang sambil menanyakan materi pelajaran sebelumnnya.
-          Guru pada sekolah menegur dapat memberikan penguatan dengan malarang siswa untuk melucu karena kalau hal ini terjadi tidak pernah ada respon terhadap pertanyaan guru. Guru seperti ini memiliki proritas/wibawa yang tinggi di dalam kelas.
Ketika siswa bertanya : jadikanlah situasi terkendali dan teratur. Pikirkanlah penyelesaian secara positif.
Seorang guru yang mencoba mendapatkan perbutan yang berpartisipasi melakukan sebagai berikut:
-          Bila menganggap siswa sebagai penanggap yang segan atau siswa yang berprestasi rendah, dia mulaimemilih dengan menanyakan pertanyaan. Bagaiman kamu mengatasi permasalahanmu. Bagaimana anda membandingkan dengan dua hal?
-          Jika siswa tidak dapat mrespon, maka dengan cepat mereka memberikan jawaban yang dapat diterima.

Dia memanggil semua siswa di kelasnya, sehigga berkumpullah, maka terjadi respond an membuat respon.
Membiasakan siswa berlatih dengan mengembangkan potensinya termasuk keadaannya.
            Salah satu contoh pada seorang guru sekolah menengah dengan memberikan test kepada siswa yang dapat diterima dengan cara memberikan petunjuk di dalam mengatasi permaslahannya.
            Ketika seorang guru sekolah menengah menghadapi siswa yang gelisah tentang bagaiamana mempresentasikan materi di depan kelas, maka peran seorang guru melatih untuk berprestasi serta mendukungnya.
Operation Conditioning
            Pasangan S-R (stimulus dan Respon) dapat digunakan terhadap kontak dalam belajar. Untuk melengkapi hubungan S-R dapat dihubungkan dengan menghubungkan reaksi emosional dan psikologi pada kegiatan kelas dengan kata lain “Orang-orang menjalankan” di lingkungan mereka. Hal ini biasa disebut dengan istilah Operant Conditioning.
            Skenner percaya bahwa respons untuk stimulasi yang spesifik akan mengalami proporsi yang kecil dari semua kelakuan, dia menyarankan  kelakuan itu lebih terkontrol  terhadap akibat dari tindakan. Seperti seorang guru menanggapi pertanyaan siswanya, itu adalah suatu frekuensi
            Keterbukaan dari kondisi klasik sering membingungkan. Dalam hal akan dilihat sebagai suatu kesimpulan pendalaman antara kondisi klasik dan keterbukaan tapi kelakuan dan stimulasi yang terjadi antara dua hal yang berlawanan
Penguatan
            Reinforcement (penguatan) adalah suatu pengembangan frekuensi atau kekekalan perilaku. Reinforcement  (penguatan) umumnya terjadi di ruangan  kelas bila siswa diberi pujian, bila diubungkan dengan pekerjaan manusia , pada umumnya  menjadi tujuan umum yang dipersentasikan didalam suatu keinginan atau nilai namun perubahan pada peranan siswa mengikuti perkembangannya. Konsekuensi / akibat biasanya disebut mengalami perubahan dalam jangka waktu yang diiringi. Contoh seorang guru memberikan pujian kepada siswanya yang memiliki tulisan bagus, kejadian seperti ini guru sebagai penguat memberikan penguatan yang positif.


Kondisi Klasik                                              
Kelakuan          tanpa disengaja (orang yang tidak memiliki control prilaku, emosi, kejiwaan)
Golongan         Prilaku mengikuti stimulus dan ransangan
Bagaimana proses belajar                                   Netral bersatu dengan stimulasi yang tidak terkondisi. 
Contoh             Pelajar berkumpul diruangan dan guru memberikan petunjuk yang bersifat positif
Operant Conditioning
Sengaja (orang yang memiliki control prilaku)
Prilaku mendahului stimulus, konsekuesi dari prilaku berpengaruh pada prilaku berikutnya
Pelajar mencoba pertanyaan dan setelah siswa menjawab dipuji artinya usaha yang dilakukan oleh siswa tidak sia-sia.                                                                                     
Hukuman
            Penguat positif dan negatif terjadi karena konsekuensi diantaranya adalah: perilaku yang lemah atau kurangnya frekuensinya. Frekuensi merupakan hasil dari kurangnya perilaku yang biasanya disebut hukuman.
            Secara umum pemberian hukuman (removal punishment) menimbulkan kontroversial. Secara rasional kesempatan untuk mendaptkan penguatan positif sangat sulit karena individu merasa terisolir, seperti contohnya siswa baru yang harus beradaptasi dengan teman barunya di kelas lain. Tehnik seperti ini disebut sebagai respon pengaplikasian penghapusan hukuman telah diberikan.
            Bagaimana Islam melihat aspek hukuman sebagai cara pembelajaran dalam bentuk tingkah laku.
Mari kita kaji salah satu hadits yang berkenaan dengan proses pembelajaran anak dalam bentuk tingkah laku dalam hal ini sholat.

Dari hadits di atas jelas adanya hukuman (punishment) terhadap anak yang berusia 10 tahun. Sekarang timbul pertanyaan, untuk apa punishment tersebut? Bagaimana batasan hukuman yang diberikan kepada anak? Mengapa shalat yang dijadikan contoh pemberian hukuman dalam kaitan pendidikan untuk merubah tingkah laku? Sejauh mana efek negative hukuman dapat menimbulkan tindakan kekerasan?
Beberapa asumsi yang kita ajukan untuk menjelaskan fenomena kekerasan yang terjadi dan cenderung menigkat dalam dunia pendidikan kita yaitu :
Pertama, kekerasan dalam pendidikan bisa muncul sebagai akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan hukuman, terutama fisik. Dalam hal ini ada pihak yang melanggar  dan ada pihak yang memberi sangsi. Bila sangsi  melebihi batas atau tidak sesuai dengan kondisi pelanggaran, maka terjadilah apa yang disebut dengan tindakan kekerasan. Aksi kekerasan susulan bias terjadi bila antara pelaku dan korban terjadi saling balas dendam, tawuran antar pelajar atau antar mahasiswa merupakan contoh kekerasan ini.
Selain itu, kekerasan dalam pendidikan tidak selamanya berupa fisik, melainkan bias berbentuk pelanggaran kode etik dan tata tertib sekolah. Siswa yang bolos dari sekolah dan pergi jalan-jalan ke tempat keramaian dan hiburan, hal itu sesungguhnya termasuk dalam kategori potensi potensi kekerasan.
Kedua, kekerasan dalam pendidikan bias diakibatkan oleh buruknya system dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif, menyebabkan berkurangnya proses humanisasi dalam pendidikan.
Ketiga, kekerasan dalam pendidikan mungkin pula dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan tayangan media massa kian vulgar dalam memberitakan berita kekerasan.
Keempat, kekerasan bisa jadi merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat, sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant solution.
Kelima, kekerasan mungkin pula dipengaruhi oleh latar belakang sosial- ekonomi pelaku.
Bagaimanapun bentuknya, kekerasan dalam pendidikan harus dicegah. Sebagaimana kekerasan bias timbul karena ada kondisi yang mempengaruhinya, maka untuk menghentikan kekerasan pun dengan cara meminimalisasi akar persoalan pemicunya. Tindakan kekerasan dalam pendidikan yang tidak segera didiskusikan dapat memunculkan kekerasan susulan. Untuk mencegah kekerasan tersebut, norma agama, budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan perlu ditanamkan diri seseorang melalui pendidikan nilai (afektif) yang humanis. Norama agama (Islam) amat berarti dalam memberikan kesadaran pemeluknya akan pentingnya prilaku kasih saying, pemaaf, saling menolong, mengutamakan perdamaian bukan kekerasan, menghormati hak orang lain dsb. Pendek kata, ajaran Islam sarat dengan pendidikan afektif dan humanis, dan karenanya dapat digunakan sebagai alternative sangsi bagi upaya menghentikan prilaku kekerasan dalam pendidikan
            Penyamarataan dan diskriminasi: peranan timabal balik, kepentingan untuk menyamaratakan dan membeda-bedakan itu sangat nyata dengan kata lain hal itu sulit terjadi. Untuk anak-anak yang belajar menghadapi situasi melalui pembantunya, mengklasifikasikan konsepseperti ini terjadi atas tiga bagian yaitu square (persegi empat). Circle (lingkaran) dan reetangle (bujur sangkar) dengan kata lain jika mereka tidak biasa mendeskriminasikan antara dua konsep, hal tersebut akan lebih kompleks dan memusingkan. Peranan guru untuk proses ini menyediakan/memberikan timbal balik.
            Feed back (timbal balik/umpan balik) adalah informasi tentang ketelitian atau kelayakan dari suatu respond an hal tersebut termasuk dalam lingkup pelajaran siswa.
Keefektifan umpan balik memiliki 4 karakteristik utama:
1.         Dengan segera
2.         Khusus / dikhususkan
3.         Memberikan informasi yang benar terhadap pelajar
4.         Memiliki nada emosi positif

Potensi dan Kejenuhan
            Penguat merubah keefektifan di dalam berprilaku dimana kemampuan penguat menguatkan perilaku, potensi penguatan tergantung pada tiga factor yakni:
1.         Perbedaan diantara pelajar lebih diutamakan
2.         Materi seorang Renforcer (penguat) mempengaruhi potensi.
3.         Frekuensi dari seseorang Renforcer (penguat) mempengaruhi potensi.
Kejenuhan dapat difungsikan untuk melengkapkan kekuatan renforcer (penguat) kejenuhan merupan perspektif operant untuk melenyapkan respon sebagai suatu kesimpulan non reinforcement (non penguat) kita tidak dapat memaksakan prilaku karena hal itu tidak terjadi karena stimuli yang mendahului terhadap keinginan siswa untuk berprilaku.

Perbedaaan Antara Perilaku Dan Teori Sosial Kognitif
            Teori sosial kognitif berbeda dari  perilaku . hal tersebut dapat dibagi tigga cara:
1.         Cara belajar yang ditentukan.
2.         Cara berinteraksi diantara perilaku, kingkungan, factor personal.
3.         Cara penguatan hukuman
  1. Defenisi Belajar
Para ahli teori sosial kognitif memberikan defenisi tentang belajar. Mereka meninjau sebagai proses mental yang bersifat internal yang mungkin atau tidak mungkin direfleksikan pada perubahan perilaku tanpa sengaja.
            Teori sosial kognitif mempertimbangkan bahwa ada factor personal yang mempengaruhinperilaku yakni lingkungan, dan cara menyimpan ingatan.
  1. Interaksi diantara Perilaku, Lingkungan dan Faktor Personal
Perilaku mempengaruhi lingkungan, teori sosial kognitif menyarnkan bahwa antara factor yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Olehnya itu hal demikian biasanya disebut veprical causation.
  1. Tinjauan Tentang penguatan hukuman
Para ahli perilaku dan ahli teori sosial kognitif menjelaskan bahwapenguatan dan hukuman sangat berbeda. Untuk para perilaku mereka disebabkan karena kelakuannya. Dengan kta lain untuk teori sosial kognitif disebabkan karena adanya bentuk pengecualian tentang konsekuensi yang terdiri atas konsekuensi dari perilaaku yang berbeda.
 Model
            Pusat utama dari teori sosial kognitif adalah ide yang orang pelajari melalui interaksi serta mengamati yang lainnya. Proses utama dibutuhkan adalah model atau seince modeling yang berhubungan untuk merubah orang-orang berkesimpulan dari observasi terhaadap tindak yang lain.
a. Cognitif modeling (model kognitif)
            Aplikasi utama datimodelling ditekankan pada petunjuk yang bisanya disebut model kognitif, kognitif modeling meliputi pengaturan yang ketat.

b. Belajar Mandiri (Vacarious  learning)
            Ini terjadi bila orang-orang mengamati konsekuensi perilaku sendiri dalam belajar. Contohnya : Jika siswa menerima teguran untuk tidak duduk tanpa permisi tapi siswa teta melakukannya, maka siswa tersebut dapaat dihukum secara mandiri dan hukuman dapat memiliki dampak dan kekuatan pada perilaku siswa.
Dampak modeling pada perilaku
Belajar dari model meliputi 4 proses yaitu :
a.       Perhatian
      Cara belajar dapat dilihat melalui perilaku seseorang, bahkan perhatian siswa tidak cukup untuk membuat belajar efektif. Oleh kerena itu, perhatian siswa semestinya digambarkan melalui aspek kritik dari model perilaku.
b.       Penyimpanan
      Siswa terlalu banyak mengkritik, maka model berlakunya berbeda dengan yang lain hal tersebut dapat ditransfer ke memory sebelum dikekbangkan, pengalihan tersebut meliputi mental verbal yang bersifat visual kemudian diperoleh dengan cara yang sama.
c.    Perkembangan
      pelajar sedapat mungkin mengembangkan kelakuan pada diri mereka sendiri informasi di dalam memori semestinya mampu menjelaskan perfomens pelajar hal tersebut jarang terjadi maskipun pengajar memperlakukan model kelakuan yang di namun siswa tidak dapat mengembangkannya.
Self Regulation (Pengaturan Diri Sendiri)
Pengaturan diri sendiri adalah : Suatu proses dimana siswa menggunakan fikiran sendiri dan tindakannya untuk mencapai tujuan belajar. Pengaturan diri sendiri bagi pelajar untuk mengidentifikasi tujuan dan penyesuain dalam memperhatikan strategi mereka sendiri untuk sampai pada tujuan. Pengaturan diri sendiri bersifat kritik dalam memahami Teori Sosial Kognitif, karena prilaku manusia. Hal ini terjadi karena adanya penguatan denga sengaja, konsekuensi terlalu jauh dapak berdampak pada prilaku dimasa sekarang, tanpa self-regulation orang tidak akan memperhatikan prilaku hingga hal tersebut dapat dilakukan.
  1. Pencapaian Tujuan (Goal Setting)
                   Goal setting adalah komponen yang bersifat kritis self-regulation (pengaturan sendiri), tujuan tidak hanya mencapai tujuan untuk tindakan seseorang tapi juga melengkapi dan mengukur perencanaan.
Meskipun tantangan kadang bertujuan realistis dan pencapaian tujuan tersebut akan labia efektif dari pada petunjuk guru. Menurut shunck, peranan penting bagi seseorang guru adalah membantu siswa mempelajari bagaimana melengkapi  tujuan tersebut.
  1. Pengamatan Sendiri
                   Aturan sendiri bagi pelajar adalah menentukan rencana yang mereka buat, dan siswa dapat merubah kelakuan siswa secara dramatic dalam hal ini guru memonitor kebiasaan belajar untuk berkonsentrasi dan dapat dibuktikan pada interaksi sosial, hal tersebut dapat dibuat labia positif dan supportif.
  1. Penguatan : Memotivasi Pelajar yang Ragu
                   Jika siswa mempelajari hal baru, penguatan jenis apa cocok ditawarkan. Jawaban untuk pertanyaan ini tidak hanya menentukan tanda-tanda motivasi ada. Tapi hal tersebut akan berlangsung lama ditinjau dari kompetensi.



                


Terima Kasih Kepada google.com , google.co.id , Bing , Yahoo
from KUMPULAN MAKALAH http://ansarbinbarani.blogspot.com/2016/08/teori-behavior-dan-kognitif.html
Terima Kasih Telah membaca TEORI BELAJAR BEHAVIOR DAN KOGNITIF pada blog kami Bangsa Jurnal , semoga bermanfaat bagi kita semua


Top