Sabtu, 05 April 2014

Less Cash Society (LCS) Makin Jadi Kebutuhan


Membawa uang tunai dalam jumlah besar selain memiliki risiko keamanan juga dinilai tidak praktis. Pasalnya, kemajuan zaman menuntut segala sesuatunya dilaksanakan serba cepat termasuk saat melakukan transaksi keuangan.

Bank indonesia sebagai regulator sekaligus bank sentral di indonesia menggulirkan ide penerapan uang elektronik, yang diyakini memiliki banyak keunggulan dan kemudahan bagi masyarakat dalam bertransaksi. Penggunaan uang elektronik ini diharapkan akan menjadi gaya hidup atau yang disebut dengan Less Cash Society (lCS).Bank indonesia telah menunjuk Universitas indonesia (UI) sebagai pilot project pelaksanaan lCS di kalangan perguruan tinggi. Program ini sejalan dengan rencana UI untuk menggunakan Kartu tanda Mahasiswa (KtM) UI sebagai smart card yang juga bisa digunakan untuk alat pembayaran. Selain itu, UI juga dianggap sebagai universitas yang dapat menjadi penggerak penggunaan uang elektronik di kalangan perguruan tinggi,  mengingat jumlah populasinya sekitar 60.000 orang yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan karyawan. Direktur BCA Suwignyo Budiman menjadi pembicara dalam seminar bertema “Peluang dan tantangan dalam Mewujudkan less Cash Society” yang digelar di UI, Depok, rabu (2/10). hadir juga sebagai pembicara dalam seminar ini, Direktur eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank indonesia rosmaya hadi, Ketua asosiasi Sistem Pembayaran indonesia Budi g. Sadikin, akademisi UI  adi Zakaria aff  serta niniek l. Karim yang bertindak sebagai moderator. Dalam kesempatan tersebut, Suwignyo berbagi pandangan mengenai penggunaan kartu prabayar  dari sisi pelaku industri perbankan. BCA  sendiri telah menerbitkan uang elektronik selama enam tahun, yaitu sejak 2007 dalam bentuk Kartu Flazz. Flazz merupakan kartu prabayar multifungsi pertama di indonesia dengan teknologi chip dan Radio Frequency Identifcation (rFiD). Dengan Kartu Flazz, pengguna bisa melakukan pembayaran transaksi sehari-hari di berbagai lini bisnis dengan cepat dan praktis tanpa uang cash

“Sebagai bank transaksional yang dekat dengan pedagang, BCA pertama kali mengimplementasikan kartu prabayar untuk toko-toko di Mal  Kelapa gading dan taman anggrek,” tutur Suwignyo. implementasi kartu prabayar terus berkembang tidak hanya di pusat perbelanjaan, tetapi juga sektor transportasi hingga sektor pendidikan. hal tersebut sejalan dengan program Bi untuk mengurangi penggunaan uang tunai dengan mendorong transaksi menggunakan uang elektronik. Terbiasa Uang Tunai Selama enam tahun,  BCA berhasil menjalin kerja sama dengan lebih dari 17 ribu merchant, 42 ribu outlet dengan 62 ribu point of sales yang bisa melayani langsung transaksi uang elektronik. hingga kini BCA telah menerbitkan sekitar 4,8 juta kartu yang tidak hanya digunakan untuk berbelanja, tapi juga membayar tol, membayar parkir, SPBU, bahkan membayar ongkos transportasi umum seperti transJakarta, trans Jogja, trans Metro Pekanbaru dan trans Musi Palembang.

Suwignyo lebih lanjut mengungkapkan, beberapa hal yang menjadi tantangan terbesar implementasi uang elektronik adalah kebiasaan masyarakat indonesia menggunakan uang tunai. Dia mencontohkan, pengguna transJakarta dan jalan tol yang menggunakan uang elektronik hanya  4%.

Beberapa merchant juga masih belum sepenuhnya melayani transaksi kartu prabayar. Di lapangan, kata Suwignyo, masih ditemUI kasir-kasir yang belum mahir menggunakan mesin reader dan EDC. “Mengubah kebiasaan ini memang tidak mudah. Dan biaya paling mahal ternyata untuk  sosialisasi, edukasi, dan promosi. lebih mahal dari biaya infrastruktur,” ungkapnya. tantangan lain menurut Suwignyo, masalah  infrastruktur dan standar. Saat ini enam bank yang mengeluarkan kartu prabayar masih menggunakan  infrastruktur masing-masing. Padahal, akan lebih baik jika terdapat infrastruktur yang standar dan terintegrasi untuk semua perbankan. “Diperlukan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, regulator dan pelaku bisnis agar less cash society  bisa kita wujudkan,” tutup Suwignyo.
Kepala grup Bisnis Consumer Card BCA Santoso liem sependapat dengan Suwignyo. Menurutnya,mayoritas masyarakat indonesia masih gemar bertransaksi menggunakan uang tunai yakni sekitar 70-80%. Santoso mengungkapkan, dilihat dari penggunanya, pada kategori korporat sebagian besar transaksi sudah menggunakan non tunai, baik paper base maupun electronic base. namun untuk kategori retail, masih didominasi transaksi cash. Menurut Santoso, transaksi non tunai sudah berjalan sangat baik di institusi dan B2B (business to business). tapi di transaksi B2C (business to customer) masih banyak menggunakan uang cash.  “Seperti grosir atau toserba,  sekitar 65-75% transaksinya masih cash dan sisanya  menggunakan kartu elektronik,” ungkapnya.

Dikatakannya, strategi yang dilakukan BCA adalah bagaimana menyediakan alat transaksi elektronik yang memadai. transaksi untuk corporate yang paling ideal adalah transaksi non cable, sedangkan untuk retail, idealnya menggunakan kartu. “Karena kebutuhan dalam transaksi ini bukan hanya didominasi oleh B2B, tapi juga B2C,  maka yang dikembangkan BCA adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu. alat pembayaran ini juga di-extend. Seperti dulu kita mengenal ATM yang awalnya untuk tarik tunai, tapi kemudian dikembangkan sebagai alat pembayaran public utilities seperti tagihan telepon dan listrik,” jelasnya. ada tiga kategori produk yang menggunakan kartu, yaitu debit, kredit, dan kartu prabayar. BCA mencoba mengakomodir kebutuhan pasar, di mana jika ada customer yang eligible mendapatkan fasilitas kredit maka cenderung akan menggunakan kartu kredit dan biasanya penggunaan transaksinya lebih tinggi, berkisar rp 300.000 per ticket item. Sementara untuk transaksi dengan nominal lebih kecil, orang cenderung menggunakan kartu debit, yang nilai rata-rata per transaksinya lebih kurang rp 200.000.  Dan untuk nominal yang lebih kecil, dapat menggunakan kartu prabayar. “Kalau saya melihat, perkembangan penerimaan masyarakat akan e-payment sudah semakin baik,” kata Santoso. Ditambahkan Santoso, kartu kredit menggunakan uang bank dulu baru nanti nasabah membayar. Sedangkan kartu debit langsung mendebet rekening nasabah dan relatif jumlah transaksinya lebih rendah. Kartu kredit juga lebih banyak digunakan saat perjalanan ke luar negeri. lebih lanjut dikatakannya, kartu prabayar saat ini mendapat sambutan cukup baik dari masyarakat. Untuk itu, BCA juga berupaya untuk meningkatkan daya tarik dari kartu itu sendiri dengan desain beraneka macam atau tematik. “Selain itu kami juga mengembangkan co branding, misal dengan menggandeng gramedia atau alfamart, dan berbagai institusi pendidikan,” jelas Santoso.

Banyak Keuntungan BCA mengembangkan kartu prabayar sebagai alat pembayaran belanja di merchant-merchant, kemudian dilanjutkan untuk pembayaran alat transportasi. Kunci sukses penggunaan kartu prabayar seperti pengalaman di luar negeri, kata Santoso ketika digunakan dalam transaksi pembayaran transportasi seperti bus kota dan kereta. Untuk itu, BCA terus mengembangkan kerja sama dengan industri transportasi, contohnya Flazz selain berfungsi sebagai alat  untuk membayar parkir, jalan tol, bus trans, bensin, dan taksi, baru-baru ini BCA bekerja sama dengan Pt. Kai Commuter Jabodetabek (KCJ) meresmikan penggunaan Flazz sebagai tiket kereta Commuter line Jabodetabek.

Pengembangan kartu prabayar juga disambut positif oleh merchant,karena mereka mengaku sulit mencari uang receh sebagai kembalian. “Kendalanya, ada beberapa kasir atau karyawan  merchant yang menghindari pembayaran dengan kartu prabayar karena, misalnya mereka tidak bisa mendapatkan tambahan tip,” kata Santoso.Berbagai hal yang dihadapi sebagai tantangan awal sosialisasi kartu prabayar adalah masyarakat yang sering mempertanyakan soal keamanannya. Kemudian bagaimana cara mengisinya, dan di mana saja kartu bisa digunakan.  BCA menyadari, berbagai tantangan baik habit menggunakan uang tunai dan belum tersosialisasinya penggunaan kartu prabayar harus dicarikan jalan keluarnya. antara lain dengan perlunya terus-menerus melakukan edukasi untuk meng-upgrade pengetahuan masyarakat akan keuntungan bertransaksi menggunakan Flazz dan bagaimana mereka dapat  memperlakukan Flazz seperti memperlakukan uang pada umumnya. “Karena Kartu Flazz pada dasarnya adalah uang tunai dalam bentuk kartu,” papar Santoso.

Bank indonesia sendiri menyatakan, ada beberapa keunggulan dalam penerapan kartu prabayar, yakni transaksi lebih teratur, tidak berbiaya mahal dan memudahkan pelacakan jika terjadi tindak pidana. Penerapan uang elektronik juga diyakini akan mengurangi jumlah uang fsik yang beredar di masyarakat, sekaligus meminimalisasi peredaran uang palsu.  Sebagai bank swasta  yang selalu mendukung kebijakan pemerintah, BCA akan terus mensosialisasikan sistem lCS melalui peningkatan layanan dan kemudahan bertransaksi elektronik bagi masyarakat, khususnya nasabah BCA.


 Sumber : InfoBCA No.233 Tahun 2013


Top