Rabu, 14 Desember 2011

Transmigrasi dan Tantangan yang Dihadapi


Meskipun pemerintah sudah berusaha dengan sebaik mungkin dalam menyelenggarakan program transmigrasi tersebut, namun masih banyak kesulitan yang dihadapi dalam proses pelaksanaannya, antara lain (Swasono, 1985:243):
  1. Masalah-masalah administratif, meliputi semua masalah organisasi di dalam departemen yang mengatur dan koordinasi dengan dinas pemerintah yang lain.
  2. Tiadanya data-data sebagai landasan, menunjuk kepada tiadanya survei lahan, survei kemampuan tanah, studi hak atas tanah, studi tentang hukum adat dan kebiasaan di daerah-daerah penerima yang akan mempengaruhi sikap terhadap para trasnsmigran. Hal-hal tersebut menyebabkan munculnya banyak masalah dalam berbagai bentuk.

Selain menghadapi kesulitan seperti di atas, program transmigrasi juga banyak menerima banyak kritikan dari berbagai pihak. Kritikan-kritikan tersebut seperti (Ramadhan, 1993:21):
1.      Transmigrasi merupakan proyek jawanisasi atau kolonialisasi suku Jawa terhadap suku-suku lain di luar Jawa.
2.      Transmigrasi merupakan proyek yang tidak manusiawi (inhuman project) karena banyak di antara mereka yang menyedihkan keadaannya dan sebagian transmigran pulang kembali ke Jawa.
3.      Transmigrasi merupakan persiapan-persiapan invasi ke negara lain.
4.      Transmigrasi merupakan proyek yang merusak lingkungan hidup.
5.      Transmigrasi merupakan proyek paksaan.
6.      Transmigrasi dapat menimbulkan disintegrasi sosial dan mengancam kehidupan budaya dan tradisi lokal.
7.      Transmigrasi dapat menimbulkan gangguan terhadap hak-hak tanah setempat.
           
            Di tengah-tengah tantangan yang dihadapi, muncul suatu pemikiran baru dalam pelaksanaan program transmigrasi. Pelaksanaan transmigrasi tidak hanya dilakukan untuk mengembangakan kawasan pertanian saja namun juga untuk menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru dalam suatu daerah. Inovasi baru tersebut adalah pelaksanaan program transmigrasi swakarsa industri, yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran sebagai berikut (Nangoi, 1993:8):
1.      Luas pulau Jawa hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah tanah air dan ditempati oleh 60% dari jumlah penduduk Indonesia, serta diwarnai dengan kegiatan industri sebesar 62% dari keseluruhan industri nasional. Ini tentu tidak sesuai dengan daya dukung alamnya.
2.      Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat luar pulau Jawa, banyak dibutuhkan produk industri dari pulau Jawa.
3.      Adanya kenyataan bahwa banyak industri hulu yang mendekati bahan baku dijumpai di luar pulau Jawa, sehingga kondisi ini mempengaruhi perkembangan daerah dan akhirnya membentuk pasar. Hal ini sangat memungkinkan untuk berkembangnya industri hilir, namun hal tersebut belum bisa dilaksanakan mengingat untuk berpindah atau mengembangkan keluar pulau Jawa dirasakan sangat mahal. Dalam hal ini diperlukan suatu pola  dan wadah yang terjangkau industri hilir.
4.      Di masa akan mendatang akan semakin banyak kawasan industri dibangun di pulau Jawa, produksi dengan peralatan canggih dan modal kuat menekan industri kecil di pulau Jawa. Oleh sebab itu, perlu disiapkan tempat untuk menjamin kelangsungan hidup industri kecil di luar pulau Jawa.

Sebagai dimensi baru yang berpotensi, transmigrasi industri memiliki beberapa manfaat bagi banyak pihak sebagai berikut (Nangoi, 1993: 32):
1.      Pemerintah daerah pengirim (donor): penataan lingkungan serta mengurangi kepadatan penduduk dan industri.
2.      Pemerintah daerah penerima (akseptor): memacu pertumbuhan penduduk dan ekonomi serta peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya manusia.
3.      Pengusaha industri kecil: peluang bisnis, pemindahan atau pengembangan usaha secara ekonomis, mendekati sumber bahan baku serta produk yang lebih kompetitif.
4.      Swasta (developer): peluang bisnis serta profit centre jangka panjang.
5.      Departemen Transmigrasi: pengembangan pola transmigrasi dari agraris ke industri serta peningkatan mutu transmigran dari non skill menjadi skill people
6.      Departemen Perindustrian: pemerataan industri diluar pulau Jawa serta peningkatan efektivitas dalam pembinaan industri kecil.
7.      Nasional: pemerataan penduduk, pemerataan industri dan pemerataan ekonomi.


Top