Kamis, 30 September 2010

Konsep Pertumbuhan Tidak Berimbang

Teori pertumbuhan tidak berimbang menyatakan bahwa investasi seyogyanya dilakukan pada sektor yang terpilih daripada secara serentak disemua sektor ekonomi. Tidak ada satu negara sedang berkembang atau negara terbelakang yang memiliki modal dan sumber lain yang cukup besar untuk diinvestasikan pada semua sektor. Oleh karena itu, investasi harus dilakukan pada beberapa sektor atau industri yang terpilih saja agar cepat berkembang dan hasil ekonominya dapat digunakan untuk pembangunan sektor lain (Jhingan, 2000:191).

Konsep pertumbuhan tidak berimbang ini dipopulerkan oleh Hirschman yang berpendapat bahwa dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian, sesuai dengan strategi yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai pertumbuhan pada suatu negara sedang berkembang. Menurut Hirschman, investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian yang strategis akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut. Hirschman menyatakan bahwa pembangunan harus berlangsung dengan cara pertumbuhan yang menjalar dari sektor utama ekonomi ke sektor pendukungnya. Dia menganggap pembangunan sebagai suatu “rantai disekuilibrium” yang harus dipertahankan daripada dihapuskan, keuntungan dan kerugian merupakan sympton perekonomian yang kompetitif. Jika perekonomian diinginkan tetap berlanjut maka tugas kebijaksanaan pembangunan adalah memelihara tegangan, disproporsi dan disekuilibrium tersebut.

Hirschman menyebutkan bahwa kebijaksanaan pembangunan ekonomi harus bertujuan sebagai berikut (Jhingan, 2000:192):
(1) Mencegah rangkaian investasi convergent yang mengambil ekonomi eksternal lebih banyak daripada yang diciptakannya.
(2) Mendorong rangkaian industri divergent yang menciptakan ekonomi eksternal lebih besar daripada yang diambilnya.
Pembangunan hanya dapat berlangsung dengan cara menimpangkan perekonomian. Cara ini ditempuh dengan cara menanamkan modal dibidang overhead sosial atau kegiatan produktif langsung. Memang akan terjadi diekuilibrium, namun pada akhirnya akan terjadi penyesuaian-penyesuaian secara terus-menerus dan itu semua merupakan suatu “rantai disekuilibrium”seperti yang dikemukakan oleh Hirschman. Yang terdahulu menciptakan ekonomi eksternal sementara yang belakangan menyerap ekonomi eksternal.

Modal Overhead Sosial (MOS)
MOS diartikan sebagai jasa atau pelayanan pokok yang tanpa itu kegiatan produksi primer, sekunder, dan tersier tidak dapat berfungsi. Yang termasuk dalam MOS adalah investasi di bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, perhubungan, angkutan, dan bidang lainnya yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Investasi yang besar di bidang MOS akan mendorong investasi swasta di kemudian hari di bidang kegiatan langsung produktif (KLP). Investasi di bidang MOS dianjurkan bukan karena akibat langsung pada output akhir, tapi karena ia memungkinkan dan nyata mengundang masuknya investasi akhir di bidang KLP. Beberapa investasi MOS bahkan dibutuhkan sebagai prasyarat bagi investasi di bidang KLP.

Kegiatan Langsung Produktif (KLP)
Pemerintah barangkali secara langsung atau tidak menanamkan lebih banyak modal di bidang KLP daripada di bidang MOS. Jika investasi KLP dilakukan lebih dahulu, kekurangan fasilitas MOS mungkin menimbulkan banyak sekali biaya produksi. Dalam proses waktu, tekanan politik akan mendorong juga investasi pada MOS. Lintasan investasi digerakkan oleh harapan keuntungan dan tekanan politik. Harapan keuntungan menghasilkan lintasan dari MOS ke KLP dan tekanan politik menghasilkan lintasan dari KLP ke MOS.

Lintasan Pembangunan
Dalam teori pertumbuhan tidak berimbang, disebutkan ada 2 macam lintasan (Jhingan, 2000:193), yaitu:
(1) Lintasan pertama (dari MOS ke KLP) sebagai pembangunan melalui kapasitas lebih MOS.
(2) Lintasan kedua (dari KLP ke MOS) sebagai pembangunan melalui kelangkaan MOS.
Mengenai lintasan mana yang harus ditempuh lebih dahulu dalam pembangunan, Hirschman memilih lintasan yang “melesat sendiri” yang dapat digambarkan sebagi berikut (Jhingan, 2000: 193):


Investasi KLP di ukur sepanjang sumbu vertikal. Kurva a,b,c adalah isoquant yang memperlihatkan berbagai kuantitas KLP dan MOS yang akan menghasilkan produk nasional bruto (PNB) yang sama pada sembarang titik. Bila kita beralih ke kurva yang lebih tinggi maka akan dihasilkan PNB yang lebih tingi pula. Garis 45° melewati titik origin dan menghubungkan titik-titik optimum pada tiap kurva tersebut. Garis ini menunjukkan pertumbuhan berimbang dari KLP dan MOS. Ada 2 asumsi yang digunakan dalam lintasan pembangunan:
1. MOS dan KLP tidak dapat diperluas secara serentak.
2. Lintasan perluasan harus di cari dari yang paling memaksimumkan pengambilan keputusan yang bersifat induced.

Jika lintasan pembangunan di tempuh melalui kapasitas lebih MOS, perekonomian akan mengikuti arus titik-titik AA′BB″C. Jika ekonomi meningkatkan MOS dari A ke A′, KLP induced itu meningkat ke B″ sehingga keseimbangan kembali pulih di titik B di mana seluruh ekonomi berada pada tingkat keluaran yang lebih tinggi. PNB lebih tinggi yang di capai tersebut akan merangsang pemerintah untuk meningkatkan MOS lebih lanjut ke B″, KLP juga ikut menyusul ke titik C melalui C′. Jika lintasan lain pembangunan di tempuh melalui kelangkaan MOS, ekonomi akan bergerak sepanjang garis tebal AB′BC′C. Apabila KLP ditingkatkan lebih lanjut ke C′, keseimbangan memerlukan MOS meningkat ke C melalui B″.

Lintasan pembangunan melalui kapasitas lebih MOS adalah lebih mulus dan berkesinambungan daripada lintasan yang kedua. Inilah cara yang disebut “melesat sendiri”. Lintasan lain melalui kelangkaan kapasitas MOS sebaliknya, karena jika ada kelambatan penyesuaian MOS, sebagaimana mungkin terjadi, akibat dari tidak adanya tekanan politik pada permulaannya maka biaya KLP dalam memproduksi output tertentu akan meningkat



Top