Kamis, 30 September 2010

Aglomerasi

1. Konsep Aglomerasi
Suatu daerah umumnya dan suatu kota khususnya berkembang karena aglomerasi. Karen aglomerasi perusahaan-perusahaan dapat melakukan produksi dengan biaya (rata-rata) yang rendah atau sering disebut dengan penghematan aglomerasi (agglomerasi economies). Ada dua macam aglomerasi, pertama penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya rata-rata (produksi) pada perusahaan-perusahaan yang sejenis (dalam suatu industri) pada lokasi sama turun, bila jumlah produksi dari industri itu meningkat. Kedua, penghematan urbanisasi (urbanization economies) terjadi bila biaya total rata-rata (produksi) dari tiap perusahaan turun, bila jumlah produksi dari berbagai industri di suatu lokasi yang sama naik (Soepono, 2002 : 15 – 17).
Penghematan lokalisasi terjadi karena tiga alasan : pemiliham input bersama dalam jumlah besar dari perusahaan-perusahaan sejenis dalam lokasi yang sama dari pemasuk input yang sama, ekonomi pasat tenaga kerja (pekerjaan mudah digantikan pekerjaan dilokasi yang sama), dan komunikasi ekonomi (mudahnya pertukaran informasi dan pertukaran teknologi antar pekerja-pekerja dari perusahaan). Penghematan urbanisasi terjadi untuk alasa-alasan yang sama seperti penghematan lokalisasi (Soepono, 2002 : 16)

2. Perspektif Ekonomi
Dalam perspektif ekonomi ada beberapa teori yang mendasarinya yaitu

a. Teori klasik
Teori klasik mengenai aglomerasi berargumen bahwa aglomerasi muncul karena para pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi (Agglomeration Economies), baik karena penghematan lokalisasi maupun penghematan urbanisasi, dengan mengambil lokasi yang saling berdekatan satu sama lain. Aglomerasi ini mencerminkan adanya system interaksi antara pelaku ekonomi yang sama, apakah antar perusahaan dalam industri yang sama, antar perusahaan dalam industri yang berbeda ataupun antar individu, perusahaan dan rumah tangga. Dilain pihak, kota adalah suatu daerah keanekaragaman yang menawarkan manfaat kedekatan lokasi konsumen maupun produsen.

Pendekatan lain adalah mengaitkan aglomerasi sebagai suatu bentuk spasial dengan konsep “penghematan aglomerasi” malalui konsep eksternalitas. Para ekonomi biasanya membedakan antara lain ; pendhematan internal dan eksternal, pendhematan akibat skala ekonomis dan cakupan (Scott dan Storper dalam Kuncoro, 2001 : 27).

Penghematan internal adalah suatu hubungan pengurangan biaya secara internal didalam suatu perusahaan atau pabrik. Seberapa jauh pengurangan biaya dapat dicapai pada suatu perusahaan tergantung apakah efisiensi dapat ditingkatkan atau dipertahankan. Sedangkan penghematan eksternalitas merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas diluar lingkup perusahaan atau pabrik. Sebagaimana halnya suatu perusahaan dapat mencapai penghematan biaya secara internal dengan memperluas produksi atau meningkatkan efisiensi suatu atau beberapa industri dapat meraih penghematan eksternal dengan beraglomerasi secara spasial.

Penghematan biaya terjadi bekat adanya perusahaan-parusahaan dalam industri yang sama bersaing satu sama lain dalam memperoleh pasar atau konsumen. Penghematan juga terjadi berkat adanya tenaga terampildan bahan baku dalam daerah tersebut yang menopang jalannya usaha perusahaan tersebut. Penghematan akibat skala ekonomi muncul karena perusahaan menambah produk dengan cara memperbesar pabrik (skala ekonomi). Penghematan biaya terjadi dengan meningkatkan skala pabrik sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan. Ini berbeda dengan penghematan akibat cakupan yang terjadi karena sejumlah aktivitas atau skala sub-unit usaha secara internal maupun eksternal dapat dilakukan pada saat yang bersamaan sehingga dapat menghemat biaya.

Penghematan–penghematan di atas berkaitan dengan proses aglomerasi, dam dalam hal ini aglomerasi dianggap sebagai wilayah perkotaan atau suatu kota. Sedang variabilitas input antara angkatan kerja dan sejumlah barang-barang konsumsi merupakan penghematan aglomerasi.

b. Teori Neo-klasik (NCT)
Pelopor teori neo-klasik mengajukan argumen bahwa aglomerasi muncul dari para pelaku ekonomi dalam mencari penghematan aglomerasi, baik penghematan lokalisasi maupun urbanisasi. Teori ini bersandar pada asumsi, dimana lokasi geografi bahan mentah, ukuran lokasi yang tidak mudah berpindah dan jumlahnya tidak terbatas dianggap konstan.

c. Perspektif Modern
Kelemahan mendasar penggolongan penghematan aglomerasi versi klasik adalah tidak diperhitungkannya berbagai biaya yang hendak diminimalkan oleh perusahaan. Kemudian teori-teori klasik disempurnakan oleh tiga jalur paradigma. Pertama, teoti-teori baru mengenai eksternalitas dinamis, yang menekankan peranan transfer informasi dan inovasi. Karena dalam hal ini akan terjadi diseminasi ide-ide baru dan inovasi secara cepat diantara prusahaan yang berdekatan melalui tiruan, pengamatan, dan gerakan tenaga kerja yang terampil antar perusahaan.

Kedua, paradigma pertumbuhan perkotaan, paradigma ini dikaitkan dengan system jaringan kota. Hal ini berpatokan pada asumsi bahwa dua kota atau lebih yang berdekatan meskipun tadinya merupakan kota-kota yang terpisah dan independen dapat memperoleh manfaat berupa senergi dari pertumbuhan kota yang interaktif yaitu adanya kekuatan sentripetal dan sentrifugal. Kekuatan sentripetal terjadi karena adanya kekuatan aglomerasi aktifitas ekonomi kedaerah perkotaan. Sebaliknya, kekuatan sentrifugal merupakan ekuatan dispersi, yakni kekuatan yang mendorong perusahaan memilih lokasi diluar kota
Ketiga, paradigma yang berbasis biaya transaksi. Suatu perusahaan akan mencapai suatu keseimbangan keputusan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal : (1) biaya transaksi-jarak ; (2) biaya efisiensi factor tertentu-lokasi ; (3) biaya koordinasi-hirarki ; dan (4) biaya alteratif kebetulan hirarki. Dengan kata lain ada empat jenis biaya yang berkaitan dengan perilaku kluster industri, dimana dua jenis yang pertama dapat melibatkan penghematan aglomerasi, dan dua jenis yang terakhir akan melibatkan penghematan aglomerasi (McCann dalam Kuncoro, 2001 : 42)

d. Teori Geografi Ekonomi Baru (NEG)
Argumen dasar teori geografi ekonomi baru menekankan pada pentingnya hasil yang meningkat, skala ekonomi, dan persaingan yang tidak sempurna. Pelopor NEG percaya bahwa ketiga hal itu jauh lebih penting dari pada hasil skala yang konstan, persaingan sempurna dan keunggulan komperatif dalam menjelaskan perdagangan dan ketimpangan distribusi kegiatan ekonomi.

3. Perspektif Geografi Ekonomi
Sejumlah faktor yang ikut menentukan munculnya industri disuatu wilayah antara lain faktor ekonomis, histories, manusia, politis dan akhirnya geografis. Menurut Robinson (dalam Wahyudin, 2004 :14 – 16), faktor geografis terdiri atas bahan mentah, sumberdaya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air, pemasaran dan fasilitas transportasi.

a. Bahan mentah
Tidak ada barang yang dapat dijual jika tidak ada bahan mentahnya, misalnya untuk industri pensil dibutuhkan tambang grafit dan kayu jenis khusus tentunya. Industri kulit pastilah berlatar belakang daerah peternakan dimana jenis ternaknya dapat menyediakan kulit yang diperlukan. Industri semen membutuhkan jenis lempung yang mengandung kapu. Lalu masih perlu dipikirkan bagaimana mengangkut bahan mentah tadi ke kota yang ada industri masing-masing di atas.

b. Sumberdaya tenaga (power resource)
Hal ini enyangkut tenaga air (hydro power) atau pelistrikan untuk menggerakkan mesin pabrik. Dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas karena mesin dapat berputar dengan menggunakan itu. Untuk mendatangkan bahan-bahan seperti itu lokasi pabrik dapat mendekat ke pantai-pantai atau pelabuhan pengimpor bahan tersebut.

c. Suplai tenaga kerja
Hal ini menyangkut dua segi :kuantitatif, artinya banyaknya orang yang direkrut dan kualitatif, yakni berdasarkan ketrampilan tekniknya.

d. Suplai air
Industri amat memerlukan persediaan air, misalnya pabrik kertas, pabrik pangan, pabrik kimiawi. Bahkan ada yang memerlukan air bersih atau air yang keras atau lunak secara kimiawi, serta air yang bebas dari pencemaran. Hal itu semua penting dalam pelayanan industri pembuatan kertas, bir serta tekstil.

e. Pemasaran
Tujuan dari perindustrian adalah memproduksi barang-barang untuk dijual, oleh sebab itu pemasaran penting kedudukannya. Pemasaran pada gilirannya tergantung pada luasnya pasar (the possible purchasers), kuatnya pasar (the purchasing power of the market), dan taraf hidup para pelanggan.

f. Fasilitas transportasi
Transportasi lewat darat, air atau udara amat diperlukan bagi industri. Ini bertalian dengan usaha mendatangkan bahan mentah dan usaha pelemparan produksi ke pasar.

4. Konsentrasi Spasial
Prinsip-prinsip konsentrasi spasial menyangkut sifat dan fungsi koneksi antar tempat di dunia. Edward L. Ullman (dalam Wahyudin, 2004: 9) mengemukakan tiga konsep interaksi spsial yaitu : complementary, transferability, and intervening opportunity. Konsep pertama, complementary, mengacu kepada pendapat seorang ekonom dari Swedia Bertil Ohlin, bahwa masing-masing daerah merupakan komplemen bagi daerah lainnya. Jika terjadi kelebihan permintaan pada suatu daerah, akan dipenuhi oleh daerah lainnya.

Konsep kedua, transferability, merupakan transfer kemampuan dari satu daerah ke daerah lain. Hambatan utama dalam melakukan transfer barang-barang ekonomi dari suatu daerah kedaerah lain adalah jarak antar daerah. Semakin dekat jarak lokasi suatu daerah dengan lainnya, tingkat interaksi cenderung semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, semakin jauh jarak lokasi suatu daerah dengan lainnya, tingkat interaksi cenderung semakin rendah.
Konsep ketiga, intervening opportunity, mengacu kepada teori migrasi Samuel A. Stouffer (dalam Wahyudin, 2004 : 10). Stouffer menemukan, dimana antara jarak dan mobilitas tidak mempunyai hubungan signifikan. Seberapa banyak orang-orang yang hilir mudik berbanding lurus dengan peluang yang ada dan berbanding terbalik dengan banyaknya pihak-pihak yangn ikut campur tangan terhadap orang –orang yang memanfaatkan peliang yang ada diantara daerah-daerah asal dan tujuan yang membatasi jarak tersebut.



Top