Jumat, 11 Juni 2010

Ekonomi Makro Lanjut

SUKU BUNGA DAN PENGELUARAN AGREGAT
a. Dua Tingkat Bunga : Riil dan Nominal
Suku Bunga Riil adalah suku bunga setelah dikurangi dengan inflasi, (atau suku bunga riil = suku bunga nominal – ekspektasi inflasi). Bagi orang yang menabung uang di bank, misalnya, dengan tingkat suku bunga 5% dan inflasi tahun tersebut ternyata sebesar 4%, maka suku bunga riil yang ia peroleh hanyalah sebesar 1%. Hal ini dikarenakan inflasi yang terjadi selama ia menabung uang telah mengurangi nilai keuntungan (bunga) yang diperoleh.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat bank atau media cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar $110.000 ($100.000 x 10%).

b. Tingkat Bunga Nominal dan Permintaan Terhadap Uang
Permintaan akan uang, yang oleh Keynes disebut dengan “liquidity preference” (permintaan uang) tergantung daripada tingkat bunga. Dalam gambar dibawah sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertical untuk tingkat bunga. Permintaan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negative antara permintaan uang dengan tingkat uang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi mereka yakin bahwa tingkat bunga akan naik di waktu yang akan). Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik. Hubungan ini disebut dengan motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan datang. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas) sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik.

KURVA PENAWARAN AGREGAT
Penawaran agregat adalah hubungan antara tingkat harga emua barang dan jasa dalam perekonomian dengan jumlah output agregat yang diminta. Kurva penawaran agregat menunjukan jumlah output yang mau dan mampu ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga, hal ini diasumsikan konstan.
Kurva penawaran agregat berlereng positif. Ini menunjukan hubungan relative maupun antara harga dan jumlah output agregat yang ditawarkan produsen meupun output total perekonomian dan tingkat harga ditentukan oleh interaksi antara kurva permintaan agregat dan penawaran agregat.
a. Kurva Penawaran Agregat dengan Asumsi Klasik
Kaum Klasik mengarahkan bahwa penawaran agregat berdasar pada upah riil (W/P). Kenaikan upah nominal tidak akan mengubah penawaran agregat
apabila kenaikan upah tersebut disertai dengan kenaikan harga barangbarang
yang sama besarnya dengan kenaikan upah nominal.
Ketika harga mengalami penurunan, maka upah riil akan naik (W/P1), sehingga terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja atas permintaannya sebesar L1L2. Pada situasi ini terjadi persaingan dan tenaga kerja bersedia untuk menerima upah nominal yang lebih rendah. Akibatnya upah riil akan mengalami penurunan kembali ke W/P0. Hal ini akan menyebabkan jumlah output tidak berubah yaitu di titik Yeq. Jika titik C dan titik D dihubungkan, maka akan didapat kurva penawaran agregat yang tegak lurus.

b. Kurva Penawaran Agregat dengan Asumsi Keynes
Menurut Keynes, upah bersifat tegar. Hal ini dimungkinkan karena adanya
institusi seperti serikat pekerja dan adanya aturan upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah bersama serikat pekerja.
Pada tingkat harga sebesar P0, tingkat upah riil sebesar (W/P0) dan jumlah
tenaga kerja keseimbangan adalah sebesar N0. Dengan demikian,
pendapatan nasional sebesar Y0. Apabila terjadi penurunan harga menjadi P1,maka tingkat upah riil berubah menjadi W/P1. Selanjutnya, hal ini
menyebabkan jumlah permintaan tenaga kerja menjadi lebih rendah dari
jumlah penawarannya yaitu sebesar N1. Akibatnya pendapatan nasional
turun menjadi Y1. Jika kita menghubungkan kedua titik keseimbangan
tersebut maka akan diperoleh kurva penawaran agregat Keynes yang

KURVA PERMINTAAN AGREGATIF
Permintaan agregat adalah hubungan antara rata-rata tingkat harga semua barang dan jasa dengan jumlah semua barang dan jasa (output agregat) dalam perekonomian yang diminta.
Jika tingkat harga turun, maka produk yang dihasilkan menjadi relatif lebih murah disbanding luar negeri. Konsekuensinya rumah tangga, perusahaan dan pemerintah dan luar negeri meningkatkan jumlah output yang diminta. Disisi lain, tingkat harga yang lebih tinggi membuat produk relatif lebih mahal dibanding luar negeri, sehingga jumlah output yang diminta menjadi berkurang.

MEKANISME TRANMISI KEBIJAKAN MONETER
a. Mekanisme Transmisi-Teori Kuantitas Uang Tradisional
Dengan menggunakan ungkapan Irving Fisher, MV =PT dimana :
M = jumlah uang yang beredar P = tingkat harga
V = kecepatan perputaran uang T = banyaknya transaksi per satuan waktu
Maka mekanisme-nya sebagai berikut :
· Untuk masa transisi atau transition period nilai T dapat mengalami perubahan. Dengan demikian meningkatnya nilai PT dalam masa transisi dapat merupakan kombinasi peningkatan perubahan nilai T. Ini mempunyai maksa bahwa dalam transisi postulat proporsionalitas tidak berlaku.
· Apabila perekonomian telah mencapai keadaan ekuilibrium jangka panjang kembali, perekonomian akan berada dalam keadaan full-employment. Dengan mendasarkan asumsi cateris paribus, ini mempunyai makna bahwa T akan kembali ke nilai ekuilibrium jangka panjang yang sebelumnya. Ini membawa konsekuensi bahwa untuk jangka panjang, setelah periode transisi terlampaui, tingkat harga akan meningkat atau menurun searah dan proporsional dengan peningkatan atau penurunan jumlah uang yang beredar.

b. Mekanisme Tranmisi Mazhab Keynes Tradisional
Keynes menggunakan asumsi bahwa kelebihan uang tunai oleh pemiliknya akan dipergunakan untuk membeli surat obligasi. Sebagai akibat dari bertambahnya permintaan akan surat obligasi, maka harga surat obligasi akan meningkat. Selanjutnya akan menurunkan tingkat bunga.
Dengan menurunnya tingkat bunga, maka dengan fungsi marginal efficiency of investment yang ada, timbul tendensi meningkatnya pengeluaran investasi masyarakat. Berubahnya pengeluaran investasi merupakan indikasi yang menunjukan bahwa sector nyata telah terjamah oleh gejala yang asal mulanya terjadi di sector moneter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter terlaksana melalui fungsi marginal efficiency of investment.

c. Mekanisme Tranmisi Mazhab Keynes modern
Menurut madzab Keynes modern, mekanisme transmisi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: pengaruh biaya modal, pengaruh kekayaan, dan pengaruh penjatahan kredit.
· Pengaruh Biaya Modal Dan Pengaruh Kekayaan
Pengaruh transmisi biaya modal dan pengaruh kekayaan bekerja dua arah, dimana yaitu berlaku melalui kebijakan moneter kontraksi maupun kebijakan moneter ekspansi. Meningkatnya jumlah uang yang beredar mengakibatkan meningkatnya permintaan akan surat obligasi. Meningkatnya surat obligasi ini mengakibatkan meningkatnya meningkatnya harga surat obligasi. Selanjutnya meningkatnya harga surat obligasi mengakibatkan menurunya tingkat bunga. Kemudian menurunya tingkat bunga akhirnya mengakibatkan meningkatnya harga-harga capital. Meninkatnya surat obligasi dan harga alat-alat capital yang telah memiliki aktiva merupakan peningkatan nilai aktiva. Denga demikian kekayaan atau wealt meningkat.
· Pengaruh Penjatahan Kredit.
Madzab Keynes modern menemukan kenyataan bahwa mekanisme harga tidak selalu berlaku. Apabila bank sentral menjalankan kebijakan moneter kontraksi dengan menaikan tingkat suku bunga. Tetapi meningkatnya tingkat suku bunga di pasar tidak selalu diikuti oleh bank-bamk umum maupun bank-bank tabungan yang berupa tindaan meningkatnya suku bunga tahunan. Di pihak lain tingkat bunga di pasar naik tendensinya banyak penabung dating ke bank untuk menarik tabungan mereka untuk dibelikan surat obligasi. Akibatnya terjadi financial disintermediation., sehingga kemampuan bank untuk memberikan kredit pinjaman juga menurun. Ini disebabka karena kelebihan permintaan akan kredit. Oleh karena itu bank mengambil kebijakan dengan cara menurunkan debt-equity ratio maksimum atau lebih dikenal dengan penjatahan kredit.

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN NEGARA BERKEMBANG
a. Beberapa Konsep yang Berhubungan Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan tingkat kenaikan PDB atau PNB riil pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi juga mempunyai pengertian lagi, yaitu:
a. Suatu proses bukan satu gambaran ekonomi sesaat, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
b. Berkaitan dengan kenaikan output per kapita, yaitu sisi output total (GDP) dan sisi jumlah penduduk.
c. Prespektif waktu jangka panjang, yang diperkirakan 10, 20, 50 bahkan lebih dari itu.
b. Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukamto (2005:137) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Faktor Ekonomi
Sumber Daya Alam (Natural Resources)
Sumber daya alam meliputi tanah, dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut.
Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan pembangunan melalui jumlah penduduk dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi dan kualitas penduduk tinggi memungkinkan tingginya produktivitas.
Sumber Daya Modal (Capital Resources)
Dengan memiliki modal, sumber-sumber ekonomi yang potensial dapat diubah menjadi sumber daya eonomi riil. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan.
Keahlian (Experise), Kewirausahaan (Entrepreneur), Teknologi
Dengan memiliki entrepreneur yang memiliki kemampuan mengkoordinasi faktor produksi, pengetahuan, dan teknologi serta mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang sangat membantu usaha peningkatan produksi. Penguasaan teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebab denngan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diciptakan cara-cara baru dalam melipatgandakan hasil produksi.
Faktor Nonekonomi
Kondisi sosial budaya yang hidup di masyarakat
Keadaan politik
Sistem yang berkembang dan berlaku

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi
· Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada teori pertumbuhan klasik yang baru diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
· Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut merupakan: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan.
Menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan pada kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary atau state”. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.
· Teori Harrod-Domar
Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar menggunakan permisalan-permisalan berikut:
a. Barang modal telah mencapai kapasitas penuh
b. Tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional
c. Rasio modal produksi (capital output ratio) tetap nilainya
d. Perekonomian terdiri dari dua sector.
Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukan bahwa, walaupun pada suatu tahun tertentu (misalnya tahun 2002) barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran agregat dalam tahun 2002 yaitu AE = C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun 2003).

· Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
AY = f (AK,AL,AT)
Dimana : AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
AK adalah tingkat pertumbuhan modal
AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk
At adalah tingkat pertumbuhan teknologi
Analisis solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

PERDAGANGAN DAN KEUANGAN INTERNASIONAL
a. Sebab-Sebab Berlakunya Perdagangan
· Perbedaan Hasil Produksi
· Perbedaan Harga Barang
· Adanya Keinginan untuk Meningkatkan Produktivitas
b. Keunggulan Spesialisasi dan Keunggulan Komparatif
Keunggulan absolute adalah keunggulan yang dimiliki suatu Negara dalam memproduksi sesuatu dengan menggunnakan sumber daya yang sama dengan Negara lain. Misalnya Amerika mampu memproduksi gandum sebanyak 10 bushel gandum dan 6 yard kain, sedangkan Inggris mampu memproduksi 5 bushel gandum dan 10 yard kain. Jika konsumen kedua Negara ingin memperoleh kain dan gandum dalam proporsi yang diinginkan, maka Amerika harus mengekspor gandum ke eksporInggris dan mengimpor kain dari Inggris dan Inggris menghasilkan kain lebih banyak dari Amerika.
Keunggulan komparatif adalah keunggulan relative yang dimilki suatu Negara dalam berproduksi berbagai komoditas. Jadi apabila suatu Negara mampu berproduksi dengan opportunity cost yang lebih rendah dari Negara lain, maka Negara tersebut harus berspesialisasi pada output tersebut. Misalnya efisiensi Amerika meningkat sepuluh kali lipat dari contoh diatas, sehingga Amerika menghasilkan 100 bushel gandum dan 60 yard kain, sedangkan Inggris tidak mengalami peningkatan.Jika dilihat sepintas Amerika tidak mendapat manfaat apapun jika melakukan perdagangan dengan Inggris, tetapi sebenarnya tidak demikian. Amerika dapat menghasilkan gandum 20 kali lebih banyak dari Inggris dan 6 kali untuk produksi kain. Walaupun Amerika unggul dalam produksi gandum dan kain tetapi margin keunggulanya berbeda pada kedua komoditas tersebut. Amerika dikatakan memilki keunggulan komparatif dalam memproduksi kain. Inggris memiliki kelemahan komparatif, yaitu 20 kali kurang efisien disbanding Amerika, dan keunggulan komparatif dalam produksi kain, yang mana hanya 6 kali kurang efisien.
c. Penentuan Nilai (Kurs) Valuta Asing
Kurs atau nilai tukar dapat ditentuka oleh mekanisme pasar dan juga oleh pemerintah, yaitu :
· Fleksibel
Nilai tukar ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan dolar tanpa adanya intervensi pemerintah. Dalam pasar valuta asing, kurs valuta asing ditentukan pada keadaan dimana penawaran dan permintaan mencapai keseimbangan. Hal tersebut

Apabila kurs Rp 8.000 setiap dolar maka penawaran (S) dolar melebihi permintaan (D), ketidakseimbangan ini akan menurunka harga dolar. Apabila kurs 6000 setiap dolar maka permintaan dolar melebihi penawaranya. Keseimbangna antara penawaran dan permintaan mata uang dolar tercapai pada waktu kurs Rp.7000. Dengan demikian makin mahal harga mata uang dolar makin sedikit penawaran, dan makin banyak dolar yang akan diterima.
· Nilai tukar tetap atau resmi
Yaitu transaksi pemerintah digunakan untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu. Dalam menetapkan kurs, pemerintah tidak dapat menentukan tetap sama seperti yang ditentukan oleh mekanisme pasar, tetapi lebih rendah (undervalued) atau lebih tinggi (overvalued). Apabila kurs yang ditetapkan pemerintah lebih tinggi dari yang ditentukan mekanisme pasar (dalam gambar diatas) maka kursnya harus dibawah Rp 7000. Dalam keadaan demiian nilai mata uang Indonesia overvalued, sebaliknya nlai mata uang Indonesia undervalued jika kurs yang ditetapkan rendah dari ketentuan mekanisme pasar.
· Patok yang disesuaikan
Yaitu pemerintah menetapkan dan berusaha menjaga nilai nominal, akan tetapi secara eksplisit mereka menyadari bahwa aka nada situasi yang mengharuskan mereka mengubah nilai nominal.
· Mengambang terkendali.
· Yaitu pemerintah member pengaruh yang dapat menstabilkan nilai tukar tetapi tidak menetapkan pada nominal yang diumumkan secara terbuka.
d. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antar penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu.

PREFERENSI LIKUIDITAS
A. Teori Permintaan Uang
Pada dasarnya nilai uang dapat diukur berdasarkan harga barang yang ada di sebuah negara. Dengan pemahaman ini, nilai uang dapat dibedakan menjadi :
· Internal Value of Money, menunjukkan jumlah komoditi yang dapat dibeli/diperoleh dengan sejumlah uang tertentu → menunjukkan daya beli uang (Purchasing Power)
· External Value of Money, menunjukkan nilai suatu mata uang bila diukur denganmata uang dari negara lain → Exchange Rate, misalnya Rp 9.200,- = US $ 1
Internal Value of Money
Daya beli uang sangat ditentukan oleh harga barang tersebut, semakin tinggi harga
komoditi (barang dan jasa), maka semakin sedikit kooditi yang bisa diperoleh dengan
sejumlah uang, yang berarti daya beli (Purcahsing Power) akan menurun. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah harga komoditi, maka semakin banyak jumlah komoditi
yang bisa diperoleh, yang berarti daya beli uang tersebut meningkat. Kondisi ini dapat
dijelaskan dengan model berikut ini.

dimana : N = Purchasing Power
P = Harga komoditi
Teori moneter yang dapat menjelaskan masalah Internal Value of Money di atas, antara
lain adalah :
· Teori Kuantitas Sederhana
Teori ini termasuk teori klasik yang dikembangkan oleh David Hume pada tahun 1752.
Inti dari teori ini adalah bahwa Perubahan harga komoditi akan berbanding lurus secara
proporsional dengan perubahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB). Jika JUB naik 2x
maka harga komoditi akan naik 2x juga. Formulanya :
P = f(JUB)
dimana : P = Harga komoditi
JUB = Jumlah Uang yang Beredar
Asumsi yang mendasari teori ini adalah :
a. Uang hanya digunakan oleh masyarakat hanya untuk tujuan transaksi dan berjagajaga saja
b. Velocity uang dianggap tetap
c. Jumlah produksi komoditi (barang dan jasa) dianggap tetap, sesuai asumsi perekonomian berada pada kondisi full employment.
· Teori Kuantitas Modern
Teori ini dipopulerkan dan dikembangkan oleh Milton Friedman, dengan mengatakan bahwa permintaan uang itu sejalan dan identik dengan permintaan untuk komoditi tahan lama.
Secara ringkas model persamaan yang diberikan ada kemiripan dengan model persamaan kuantitas dari salah satu teori klasik, yakni :
M = k.Y = (1/v) . Y
Dimana :
M = Jumlah Uang yang Beredar
k = Besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian dari
pendapatan/ kekayaannya dalam bentuk kas
Y = Pendapatan nasional
V = Velocity
· Teori Permintaan Uang Keynes
Secara umum, Keynes menyetujui dua hal, yakni :
a. Motifasi masyarakat membutuhkan atau memegang uang adalah untuk transaksidan berjaga-jaga, dan ini tergantung dari pendapatan masyarakat tersebut.Umumnya masyarakat dengan pendapatan tinggi akan melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding masyarakat dengan pendapatan rendah
b. Selain itu, masyarakat juga memiliki motivasi lainnya yakni untuk kepentingan spekulasi, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga. Bagi Keynes, motivasi inilah yang lebih memberikan pengearuh pada perekonomian
Motivasi untuk Transaksi dan Berjaga-jaga
Menurut Keynes, masyarakat memerlukan uang kas untuk transaksi dan berjaga-jaga, karena :
a. Karena trnasaksi pengeluaran seringkali terjadi lebih dahulu dari penerimaan/pendapatan
b. Pengeluaran seringkali tidak dapat diperkirakan sebelumnya
c. Penerimaan yang diharapkan tidak jadi diterima
d. Pengeluaran yang terjadi sangat penting dan menguntungkan untuk dilakukan lebih dahulu
Motivasi untuk Spekulasi
Motif masyarakat memerlukan uang kas untuk spekulasi sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk memegang uang kas untuk tujuan spekulasi, Hal ini dikarenakan :
a. Dengan tingginya suku bunga, biaya yang harus ditanggung masyarakat dengan memegang uang kas terlalu tinggi, sehingga masyarakat akan menguranginya.
b. Keynes memiliki hipotesis bahwa masyarakat memiliki anggapan akan adanya tingkat bunga normal, sehingga misalnya tingkat bunga yang saat ini ada dibawah tingkat bunga normal, maka masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga tersebut akan segera naik ke tingkat yang normal, dan karena tingkat bunga naik, harga surat berharga akan turun sehingga masyarakat akan menjualnya, dan akibatnya keinginan untuk memegang uang kas akan naik.

PERDAGANGAN LUAR NEGERI DAN KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL
Menurut pandangan ahli ekonomi klasik perdagangan luar negeri mempunyai potensi untuk memberikan sumbangan penting dalam prtumbuhan ekonomi , yaitu :
· Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
· Memperluas pasar produksi dalam negeri
· Mempertinggi produktivitas kegiatan ekonomi

1. Penghambat Impor (Impor Barries)
Penghambat impor adalah langkah-langkah pemerintah dalam perpajakan atau peraturan-peraturan impor yang mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri. Penghambat impor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
· Penghambat Tarif yaitu jenis usaha mengurangi impor dari luar negeri dengan memungut pajak ketas barang-barang yang diimpor..
· Penghambat Bukan Tarif yaitu peraturan-peraturan yang mengurangi kebebasan kemasukan barang dari luar negeri.
Tujuan Kebijakan Penghambat Impor :
· Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran
· Menghapuskan deficit dalam neraca pembayaran
· Mensukseskan usaha mendiversifikasikan perekonomian
· Melindungi industri yang baru berkembang
· Melindungi industri dalam negeri yang kedudukanya terancam

2. Pengawasan Penggunaan Devisa
Pengawasan penggunaan devisa adalah tindakan bank sentral yang mengatur penggunaan valuta asing untuk tujuan impor dan investasi ke luar negeri. Tujuanya adalah untuk mempertahankan keseimbangan dalam neraca pembayaran.
3. Devaluasi (Penurunan Nilai Mata uang)
Devaluasi adalah menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing


Top